Miss World: Representasi Eksploitasi Atau Pemberdayaan Perempuan?

Jumat sore, 20 September 2013, Female HATI ITB mengadakan Bincang Sore Seputar Perempuan di selasar TOKA ITB, mengangkat tema "Miss World: Representasi Ekslpoitasi atau Pemberdayaan Perempuan?"

Diskusi Ilmiah Politik: Saat Demokrasi Dipertanyakan, Khilafah Diperjuangkan, Apa Peran Perempuan?

Sabtu (20/4/13), di Gedung Alumi Sipil, unit kajian HATI (Harmoni Amal Titian Ilmu) ITB menggelar DIP (Diskusi Ilmiah Politik) yang berjudul "Saat Demokrasi Dipertanyakan, Khilafah Diperjuangkan, Apa Peran Perempuan?"

Diary HATI Edisi 3/2013

Buletin bulanan Female HATI ITB

UU KETENAGALISTRIKAN UNTUK PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN YANG LEBIH BAIK?

Sekitar satu bulan yang lalu DPR kembali mengesahkan UU Ketenagalistrikan (UUK) 2009 melalui sidang pleno pada tanggal 8 September 2009 setelah sebelumnya UU yang serupa yaitu UU No. 20 tahun 2002 ditolak Mahkamah Konstitusi dengan alasan bertentangan dengan UUD 1945.

KEJAYAAN KHILAFAH : SANG KHALIFAH SULAIMAN AL QONUNI

Sejarah Islam mencatat kiprah dan pejuangannya dengan tinta emas sebagai penguasa Muslim tersukses. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani Turki itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia - baik di dunia Islam maupun Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.

Wednesday, February 25, 2009

Menlu Inggris Terlibat Pengiriman Senjata ke Israel

Menteri Luar Negeri Inggris, David Miliband dituding terlibat dalam kasus pengiriman senjata Israel

Hidayatullah.com--Sebagaimana dilansir situs Koran The Guardian, Inggris, sejumlah pengacara yang mewakili setidaknya tiga puluh keluarga Palestina menyampaikan gugatan kepada mahkamah agung Inggris.

Dalam gugatannya tersebut para pengacara menuding Miliband dan dua pejabat tinggi departemen luar negeri Inggris melanggar ketentuan internasional karena terlibat pengiriman senjata ke Israel.

Selain itu, para penggugat mengklaim pemerintah London terus melanjutkan pengiriman bantuan kepada Tel Aviv meski rezim ini digugat melanggar HAM dalam serangannya ke Gaza.

Phil Shiner, salah seorang pengacara pembela keluarga Palestina mengatakan, Inggris dalam hal ini terikat peraturan internasional oleh karena itu London harus secepatnya menjalankan ketentuan tersebut.

Sebagaimana diketahui, pembataian warga Gaza oleh Zionis-Israel ditengarai atas bantuan senjata-senjata canggih Negara Barat.

Fakta menunjukkan, Israel menerima bantuan persenjataan dari sekutu-sekutunya termasuk Perancis, Inggris dan terutama Amerika Serikat (AS).

Data pemerintah Inggris menunjukkan, angka penjualan senjata negara kerajaan itu ke Israel meningkat setiap tahunnya.

Sebelum ini, Nick Clegg-anggota parlemen dan pimpinan kelompok Liberal Demokrat di Inggris-pada tahun 2007, menyetujui ekspor senjata senilai 6 juta poundsterling ke Israel. Dan pada tahun 2008, nilai penjualan senjata Inggris ke Israel meningkat hampir 12 kali lipat. Dalam tiga bulan pertama tahun 2008, Inggris telah mengekspor senjata senilai 20 juta poudsterling ke Israel.

Clegg mengatakan, dalam konflik Gaza, ekspor senjata ke Israel bisa dikatakan sudah melanggar syarat-syarat yang diberlakukan Uni Eropa dalam hal ekspor senjata ke negara lain. Karena Israel telah menggunakan senjata-senjata itu untuk melakukan agresi ke wilayah negara lain.

Ia mengingatkan agar pemerintah Inggris menghentikan ekspor senjatanya ke Israel, apalagi Israel juga menggunakan senjata-senjata yang sudah dinyatakan terlarang oleh dunia internasional seperti bom kluster dan bom yang mengandung zat kimia fosfor putih. [cha, berbagai sumber)

sumber: Hidayatullah

Monday, February 2, 2009

Solusi Krisis Palestina: Masihkah Berharap Pada Obama?

Setelah melakukan agresi militer selama 22 hari, pada 18 Januari 2009 lalu, Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak. Sebelumnya, Menlu Israel, Tzipi Livni membuat kesepakatan dengan Menlu AS, Condolezza Rice yang menyatakan dukungan AS terhadap Israel. Pertemuan tersebut menegaskan genjatan senjata pihak Israel dan komitmen AS untuk memastikan penghentian pasokan senjata bagi HAMAS.

Obama, Harapan Baru bagi Penyelesaian Konflik Israel-Palestina?
Gencatan senjata dilakukan Israel sebelum pelantikan Obama sebagai Presiden resmi AS. Masyarakat Negeri-Negeri Muslim memberikan harapan yang cukup besar pada Presiden baru AS ini dalam mewujudkan perdamaian di Palestina. Akan tetapi, mereka mungkin cukup kecewa karena dalam pidato pembukanya, Obama tidak menyinggung masalah Israel-Palestina.
Bukankah hal itu wajar saja? Sebagai kepala Negara adidaya tentu saja Obama akan lebih mementingkan kepentingan dalam negerinya. Ditambah lagi, ia harus menyelesaikan permasalahan besar di bidang ekonomi Negaranya. Akan tetapi, jika kita termasuk orang yang berharap pada Obama untuk menyelesaikan konflik ini, kita perlu mengamati kebijakan luar negeri yang dibuat Obama seperti yang diberitakan dalam situs www.barackobama.com:

BARACK OBAMA AND JOE BIDEN’S PLAN TO STRENGTHEN THE U.S.-ISRAEL RELATIONSHIP
• Ensure a Strong U.S.-Israel Partnership
• Support Israel’s Right to Self Defense
• Work towards Ending Hamas Rocket Attacks
• Work towards Two States Living Side by Side in Peace and Security:
He will encourage the strengthening of the Palestinian moderates who seek peace and work to isolate Hamas and other extremists who are committed to Israel’s destruction.
Support Foreign Assistance to Israel
• Work towards Two States Living Side by Side in Peace and Security:
… He will encourage the strengthening of the Palestinian moderates who seek peace and work to isolate Hamas and other extremists who are committed to Israel’s destruction.

Sudah sangat jelas keberpihakan pemerintahan Obama terhadap kepentingan Israel. Jalan damai yang direncanakan oleh Obama tentu tidak terlepas dari tiga hal.
Pertama, pengakuan terhadap eksistensi Israel sebagai negara.
Kedua, pelucutan senjata pejuang Palestina, dan
Ketiga, penghentian perlawanan dari pihak Palestina.

Obama pun mengamini bahwa apa yang dilakukan oleh Israel adalah bentuk pertahanan diri. Padahal, permasalahan utama konflik di Palestina adalah keberadaan Israel itu sendiri yang dengan cara yang tidak berprikemanusiaan merampas tanah Palestina dan mengusir penduduknya. Apa yang dilakukan para pejuang di Palestina—yang Obama sebut sebagai ekstrimis—adalah bentuk jihad defensif atas penyerangan yang dilakukan oleh aggressor Israel.

Yang dilakukan Obama justru bukan mendorong dunia untuk menghentikan peperangan, tetapi justru untuk melucuti persenjataan Hamas.

Gencatan senjata yang dilakukan Israel sejatinya bukan merupakan penghentian peperangan di bumi Palestina, akan tetapi justru meredam isu kejahatan yang dilakukan Israel dan mencegah penyatuan kekuatan militer di Timur Tengah untuk membantu Palestina menyerang Israel.

Walaupun genjatan senjata dilakukan Israel, tetapi Israel masih melakukan penutupan jalur masuk ke Gaza yang dapat memancing pihak Hamas melakukan serangan roket kepada Israel, sehingga dapat menjadi legitimasi Israel untuk menyerang balik Hamas. Gencatan senjata yang kini dilakukannya pun tidak diikuti dengan penarikan seluruh pasukan militer Israel.

Jika yang dilakukan Israel adalah untuk menghancurkan kekuatan militer Hamas, lantas mengapa Israel pun memblokade bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, menghancurkan pusat bantuan makanan PBB, menghancurkan sumur minyak Palestina, bahkan melarang untuk menguburkan jenazah.

Masihkah kita berharap pada Obama ? Apakah kita akan berharap penyelesaian konflik ini melalui perjanjian damai yang notabene terus menguntungkan pihak Israel (misalnya Perjanjian Anapolis 2006,dll)?