Blokade yang dilakukan Israel, juga menyulitkan ICRC untuk melaksanakan program rekonstruksi Gaza meski sudah tersedia dana sebesar 4,5 juta dollar AS. Menurut ICRC, rakyat Gaza masih kesulitan mendapatkan layanan kesehatan, kekurangan persediaan air bersih tidak tersedianya sistem sanitasi dan rumah yang layak untuk tempat tinggal. Ratusan pasien meninggal dan ratusan pasien lainnya dalam kondisi kritis karena ketiadaan obat dan terbatasnya peralatan rumah sakit di Gaza, sementara Israel tidak mengizinkan para pasien itu keluar Gaza untuk berobat.
ICRC mendesak rezim Zionis agar memberi iji masuk bagi truk-truk yang mengangkut berbagai peralatan, pipa-pipa air, bahan bangunan dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk proses rekonstruksi. Tapi desakan itu tidak digubris Israel.
Dalam laporannya, ICRC menyatakan tingkat kemiskinan warga Gaza sudah mencapai level yang membahayakan, yang berdampak pada makin bertambahnya jumlah anak-anak Gaza yang menderita gizi buruk. Sampai saat ini, ribuan orang di Gaza tidak punya rumah karena rumah mereka hancur akibat agresi brutal Israel bulan Januari lalu. Lebih dari 70 persen dari 1,5 juta warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan. Satu dari sembilan keluarga di Gaza pendapatannya kurang dari 250 dollar per bulan.
ICRC mengingatkan dunia internasional untuk lebih memperkuat tekanannya pada Israel agar segera mengakhiri blokade di Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama dua tahun dan membuat warga Gaza menderita. Organisasi Palang Merah Internasional itu menegaskan, bantuan kemanusiaan saja tidak cukup untuk meringankan penderitaan warga Gaza karena yang terpenting adalah penyelesaian politik yang tegas dari pihak-pihak yang terkait terhadap kebijakan kejam Israel untuk memulihkan kembali kehidupan warga Gaza. (ln/IMEMC/iol)
sumber: Eramuslim