Sunday, August 11, 2013

Reportase Diskusi Ilmiah Politik

Sabtu (20/4/13), di Gedung Alumi Sipil, unit kajian HATI (Harmoni Amal Titian Ilmu) ITB menggelar DIP (Diskusi Ilmiah Politik) yang berjudul "Saat Demokrasi Dipertanyakan, Khilafah Diperjuangkan, Apa Peran Perempuan?". Acara yang dikhususkan bagi mahasiswi ini mengundang banyak kalangan, mulai dari anggota himpunan dan unit ITB, hingga mahasiswi luar ITB.
            
Nur Faizatus Sa'idah, ketua pelaksana acara ini, menyampaikan tema yang diangkat kali ini berkaitan dengan datangnya bulan April- bulan perempuan. Hari ini perjuangan Kartini sering diasosiasikan dengan perjuangan emansipasi perempuan di era demokrasi. Di sisi yang lain ketidakpercayaan terhadap sistem demokrasi justru tengah bergejolak di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ini menjadi salah satu latar belakang unit kajian Islam HATI menggelar forum diskusi ini.
            
Pembicara pertama, Indira S. Rahmawaty, Dosen Fakultas Da'wah dan Komunikasi UIN SGD Bandung, memaparkan permasalahan demokrasi yang kini tengah dialami berbagai negara yang menerapkannya, termasuk negara pengusung ide demokrasi itu sendiri, yakni AS. Berbagai permasalahan dimulai dari ekonomi, sosial, hingga politik secara sistemik telah berlangsung sejak dulu. Maka muncul pertanyaan, benarkah yang selama ini salah adalah orang yang memegang kekuasaan atau justru sistem inilah yang mengondisikan manusia untuk melakukan berbagai penyimpangan? Saat demokrasi masih menghadapi banyak ‘PR’ yang mengakibatkan tingkat kepercayaan terhadapnya semakin menurun, di belahan dunia lain khususnya di tengah-tengah Revolusi Suriah semakin menggema suara-suara perjuangan Khilafah sebagai sistem pemerintahan yang diinginkan. Komparasi antara Demokrasi dan Khilafah menjadi inti diskusi pada sesi pertama diskusi ini.
           
 Sesi berikutnya diisi oleh Nurvictory, aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, disampaikan peran intelektual perempuan terhadap perubahan besar dunia, dari demokrasi menuju khilafah. Disampaikan bahwa meskipun mahasiswa sibuk dengan dunia akademis, mereka harus tetap memberikan perhatian terhadap kondisi masyarakat, termasuk apa yang terjadi dalam situasi global. Disampaikan bahwa tokoh-tokoh dunia semisal Hillary Clinton, Obama, dan juga Ban Kii Moon memberikan perhatian terhadap peran perempuan untuk mengeluarkan dunia dari krisis. Perempuan memang disetting untuk memberi peran dalam perubahan dunia. Pembicara mengingatkan agar intelektual perempuan mampu mengambil peran kontributif yang tepat, tidak terjebak dalam arah pemberdayaan perempuan dalam kerangka demokrasi, sistem yang justru sekarang dipertanyakan, tidak terjebak menjadi “pemadam kebakaran” atas kebijakan kapitalisme, tidak terjebak mengambil peran publik namun dengan meninggalkan peran domestik dalam keluarga. Sebagai perempuan yang mengakui bahwa mereka adalah makhuk bagi Allah, yang mengimani Islam, harus melihat bagaimana Islam mengatur mereka untuk berperan. Islam memandang bahwa perempuan memiliki peran domestik (dalam keluarga) dan peran publik. Perempuan memiliki peran strategis dalam menanamkan kecerdasan politik pada masyarakat. Dalam konteks perubahan dunia sekarang, perempuan memiliki peran untuk terlibat dalam perjuangan politik yang benar dengan memperjuang penerapan Islam dalam sistem Khilafah. (femaleHATI)





0 comments: