Miss World: Representasi Eksploitasi Atau Pemberdayaan Perempuan?

Jumat sore, 20 September 2013, Female HATI ITB mengadakan Bincang Sore Seputar Perempuan di selasar TOKA ITB, mengangkat tema "Miss World: Representasi Ekslpoitasi atau Pemberdayaan Perempuan?"

Diskusi Ilmiah Politik: Saat Demokrasi Dipertanyakan, Khilafah Diperjuangkan, Apa Peran Perempuan?

Sabtu (20/4/13), di Gedung Alumi Sipil, unit kajian HATI (Harmoni Amal Titian Ilmu) ITB menggelar DIP (Diskusi Ilmiah Politik) yang berjudul "Saat Demokrasi Dipertanyakan, Khilafah Diperjuangkan, Apa Peran Perempuan?"

Diary HATI Edisi 3/2013

Buletin bulanan Female HATI ITB

UU KETENAGALISTRIKAN UNTUK PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN YANG LEBIH BAIK?

Sekitar satu bulan yang lalu DPR kembali mengesahkan UU Ketenagalistrikan (UUK) 2009 melalui sidang pleno pada tanggal 8 September 2009 setelah sebelumnya UU yang serupa yaitu UU No. 20 tahun 2002 ditolak Mahkamah Konstitusi dengan alasan bertentangan dengan UUD 1945.

KEJAYAAN KHILAFAH : SANG KHALIFAH SULAIMAN AL QONUNI

Sejarah Islam mencatat kiprah dan pejuangannya dengan tinta emas sebagai penguasa Muslim tersukses. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani Turki itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia - baik di dunia Islam maupun Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.

Tuesday, April 28, 2009

Al-Tabari Psikolog Legendaris


Al-Tabari Psikolog Legendaris
Dunia psikologi Islam mengenalnya sebagai pencetus terapi penyakit jiwa. Psikolog legendaris Muslim dari abad ke-9 M itu bernama lengkap Abu al-Hasan Ali ibnu Sahl Rabban al-Tabari. Selain dikenal sebagai seorang psikolog, al-Tabari juga menguasai ilmu lain yakni, fisika dan kedokteran. Namanya tetap dikenang berkat karya-karya tulisnya yang sangat berpengaruh.

Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang di tulisnya pada abad ke-9 M, dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hu bungan antara psikologi dengan kedokteran. Ia berpendapat, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi.

Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang sesat. Un tuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan me lalui ‘’konseling bijak’‘. Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang cerdas dan punya hu mor yang tinggi. Caranya de ngan membangkitkan kembali ke percayaan diri pasiennya. Pemi kir annya di abad ke-9 M ternyata masih relevan hingga sekarang.

Psikolog kenamaan itu terlahir pa da 838 M. Ia merupakan keturunan Yahudi Persia yang menganut Zoroas ter. Menurut SN Nasr, dalam karyanya bertajuk Life Sciences, Alchemy and Medi cine al-Tabari semasa hidupnya telah ber pin dah keyakinan menjadi seorang Muslim. Awalnya, dia berasal dari keluarga Yahudi dari Merv di Tabaristan. Karena itu nama belakangnya di tambahkan al-Tabari sesuai dengan nama daerah asalnya. Ia lalu memutuskan hijrah ke dunia Is lam pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mu’tasim (833-842) berkuasa.

Al-Tabari lalu mengabdi di istana khalifah Dinasti Abbasi yah hingga kepemimpinan al-Mutawakkil (847-861). Al-Tabari berasal dari keluarga ilmuwan. Ayahnya, Sahl Ibnu Bishr merupakan seorang ahli pengobatan, astrolog dan ahli matematika yang terkenal. Dia tergolong keluarga bangsawan dan banyak orang-orang di sekitarnya memanggilnya Raban yang artinya ‘pemimpin kami’.

Sang ayah adalah guru pertama bagi al-Tabari. Dari ayahnya, ia mempelajari ilmu pengobat an dan ka ligrafi. Sebagai seorang pemuda berotak encer, Ali juga sangat mahir berbahasa Suriah dan Yunani. Nama besarnya dicacat dan diabadikan dalam dalam karya muridnya Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi alias Rhazes, fisikawan agung.

Al-Tabari dinilai muridnya sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi. Tak heran, jika murid-muridnya juga meraih ke suksesan seperti dirinya, salah satunya al-Razi. Ia mengajari al-Razi ilmu pengobatan saat menetap di wilayah Rai. Lalu dia hijrah ke Samarra dan menjadi sek reta ris nya Mazyar ibnu Marin. Meski begitu, ia kalah pamor dibanding, muridnya al-Razi.

Kitab Firdous al-Hikmah atau (Paradise of Wisdom) merupakan adikarya sang psi kolog. “Ia menghasilkan karya pertamanya dalam bidang pengobatan. Dia merupakan orang pertama yang mengusung ilmu kesehatan anak-anak dan bidang pertumbuhan anak,” ujar Amber Haque dalam bukunya berjudul Psychology from Islamic Perspec tive: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists

Kitabnya yang monumental itu juga diterjemahkannya ke dalam bahasa Suriah. Al-Tabari memiliki dua kompilasi untuk karya nya yang dinamakan Deen-al-Doulat dan Hifdh al-Sehhat. Adikarya sang ilmuwan itu bisa ditemukan di perpustakaan Universitas Oxford, Inggris. Al-Tabari tutup usia pada tahun 870 M, namun namanya hingga kini tetap abadi.

Kitab Firdous al-Hikmah berisi tentang sistem pengobatan yang dibuat dalam tujuh bagian. Buku pertama itu dikategorikan se ba gai ensiklopedia kedokteran dan dibuat da lam tujuh volume dan 30 bagian, dengan total 360 bab.

Dalam kitabnya itu, al-Tabari membagi ilmu pengobatan dalam beberapa bagian, antara lain: ilmu kesehatan anak dan pertumbuhan anak serta psi ko logi dan psikoterapi. Di bagian peng obatan dan psikoterapi, al-Tabari me ne kankan kekuatan antara psikologi dan peng obatan, dan kebutuhan psikoterapi dan kon seling pada pelayanan pengobatan pasien.

Menurut Amber Haque, al-Tabari menuliskan dalam risalahnya, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi. Ia melakukan pendekatan terhadap pasien dengan bantuan konseling, atau mencoba pasiennya meng ung kapkan isi hati serta perasaan yang meng gangu.

Ia juga mengajarkan agar para dokter, mem berikan perhatian, tidak hanya dalam bentuk pengobatan, namun juga dalam ben tuk berdialog. Inilah upaya yang diyakini Ali akan membantu suksesnya sebuah pengobatan.

Pemikirannya dalam bidang psikologi banyak mempengaruhi al-Razi. Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri dan Al-Hawi, al-Razi juga telah berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit men tal dan masalahmasalah yang berhubungan dengan kesehatan mental.

Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psi kiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad. Pemikir Muslim lainnya di masa ke emas an Islam yang turut menyumbangkan pe mikirannya untuk pengobatan penyakit ke jiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran.

Hingga kini, sebanyak lima karya al-Tabari masih tetap tersimpan di perpustakaan. Dr Mohammed Zubair Siddiqui telah membandingkan dan mengedit manuskrip karya al-Tabari. Dalam kata pengantarnya, Siddiqui mengaku sangat kagum dengan karya sang ilmuwan dari abad ke-9 M itu. Menurut dia, buah pikir al-Tabari sungguh sangat berguna.

Alquran di Mata Al-Tabari

Ali bin Rabban al-Tabari awalnya adalah penganut Zoroaster. Ia lalu memutuskan untuk masuk Islam, karena begitu kagum dengan Alquran. Sang psikolog terkemuka itu mengaku tidak pernah menemukan tulisan maupun bahasa yang lebih hebat dan sempurna dari Alquran.

Pengakuan al-Tabari terhadap kehebatan Alquran itu dikutip MSM Saifullah dalam karyanya bertajuk Topics Relating to The Qur’an: I’jaz, Grammarians & Jews. “Apa yang dikatakan Quran itu adalah benar. Kenyataannya adalah saya tidak menemukan satu bukupun, dalam bahasa Arab dan Persia serta dalam bahasa India atau Yunani yang sempurna seperti Alquran,’‘ tuturnya.

ADIKARYA KARYA SANG PSIKOLOG
1. Firdous al-Hikmah (“Paradise of Wisdom”)
2. Tuhfat al-Muluk (“The King’s Present”)
3. Hafzh al-Sihhah (“The Proper Care of Health”), mengikuti pengarang Yunani dan Indian.
4. Kitab al-Ruqa (“Book of Magic or Amulets”)
5. Kitab fi al-hijamah (“Treatise on Cupping”)
6. Kitab fi Tartib al-‘Ardhiyah (“Treatise on the Preparation of Food”). dessy susilawati/ke

sumber: Republika online

Ilmuan Islam Perintis Pengobatan Penyakit Jiwa

Ilmuan Islam Perintis Pengobatan Penyakit Jiwa

Peradaban Barat kerap mengklaim bahwa Philipe Pinel (1793) merupakan orang pertama yang memperkenalkan metode penyembuhan penyakit jiwa. Tak cuma itu, Barat juga menyatakan rumah sakit jiwa (RSJ) pertama di dunia adalah Vienna's Narrenturm yang dibangun pada tahun 1784. Benarkah klaim peradaban Barat itu?

Klaim itu tentu sangat tak berdasar. Sebab, jauh sebelum Barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat perawatannya, pada abad ke-8 M di Kota Baghdad. Menurut Syed Ibrahim B PhD dalam bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years ahead of its times", mengatakan, rumah sakit jiwa atau insane asylums telah didirikan para dokter dan psikolog Islam beberapa abad sebelum peradaban Barat menemukannya.

Hampir semua kota besar di dunia Islam pada era keemasan telah memiliki rumah sakit jiwa. Selain di Baghdad ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah insane asylum juga terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu, rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo, Mesir pada tahun 800 M. Pada abad ke-13 M, kota Damaskus dan Aleppo juga telah memiliki rumah sakit jiwa.

Mari kita bandingkan dengan Inggris. Negara terkemuka di Eropa itu baru membuka rumah sakit jiwa pada t1831 M. Rumah sakit jiwa pertama di negeri Ratu Elizabeth itu adalah Middlesex County Asylum yang terletak di Hanwell sebelah barat London. Pemerintah Inggris membuka rumah sakit jiwa setelah mendapat desakan dari Middlesex County Court Judges. Setelah itu Inggris mengeluarkan Madhouse Act 1828 M.

Lalu bagaimana peradaban Islam mulai mengembangkan pengobatan kesehatan jiwa? Menurut Syed Ibrahim, berbeda dengan para dokter Kristen di abad pertengahan yang mendasarkan sakit jiwa pada penjelasan yang takhayul, dokter Muslim justru lebih bersifat rasional.

Para dokter Muslim mengkaji justru melakukan kajian klinis terhadap pasien-pasien yang menderita sakit jiwa. Tak heran jika para dokter Muslim berhasil mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang ini. Mereka berhasil menemukan psikiatri dan pengobatannya berupa psikoterapi dan pembinaa moral bagi penderita sakit jiwa.

''Selain itu, para dokter dan psikolog Muslim juga mampu menemukan bentuk pengobatan modern bagi penderita sakit jiwa seperti, mandi pengbatan dengan obat, musik terapi dan terapi jabatan,'' papar Syed Ibrahim.

Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani untuk menjelaskan keseharan spritual dan kesehatan psikologi.

Sedangkan untuk kesehatan mental dia kerap menggunakan istilah Tibb al-Qalb . Ia pun sangat terkenal dengan teori yang dicetuskannya tentang kesehatan jiwa yang berhubungan dengan tubuh. Menurut dia, gangguan atau penyakit pikiran sangat berhubungan dengan kesehatan badan. Jika jiwa sakit, maka tubuh pun tak akan bisa menikmati hidup dan itu bisa menimbulkan penyakit kejiwaan, tutur al-Balkhi.

Menurut al-Balkhi, badan dan jiwa bisa sehat dan bisa pula sakit. Inilah yang disebut keseimbangan dan ketidakseimbangan. Dia menulis bahwa ketidakseimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan rasa sakit di badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dapat mencipatakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.

Dia juga mengungkapkan dua macam penyebab depresi. Menurut dia, depresi bisa disebabkan alasan yang diketahui, seperti mengalami kegagalan atau kehilangan. Ini bisa disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tak diketahui, kemukinan disebabkan alasan psikologis. Tipe kedua ini bisa disembuhkan melalui pemeriksaan ilmu kedokteran.

Selain al-Balkhi, peradaban Islam juga memiliki dokter kejiwaan bernama Ali ibnu Sahl Rabban al-Tabari. Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang ditulisnya pada abad ke-9 M, dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hubungan antara psikologi dengan kedokteran.

Menurut dia, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi. Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang sesat. Untuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan melalui ''konseling bijak''. Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang cerdas dan punya humor yang tinggi. Caranya dengan membangkitkan kembali kepercayaan diri pasiennya.

Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri dan Al-Hawi , dokter Muslim legendaris al-Razi juga telah berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit mental dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mental.

Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psikiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad. Pemikir Muslim lainnya di masa keemasan Islam yang turut menyumbangkan pemikirannya untuk pengobatan penyakit kejiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran.

Selain itu, Ibnu Zuhr, alias Avenzoar juga telah berhasil mengungkap penyakit syaraf secara akurat. Ibnu Zuhr juga telah memberi sumbangan yang berarti bagi neuropharmakology modern. Yang tak kalah penting lagi, Ibnu Rusyd atau Averroes ilmuwan Muslim termasyhur - telah mencetuskan adanya penyakit Parkinson’s.

Sejarawan Francis Bacon menyebut Al-Haitham sebagai ilmuwan yang meletakkan dasar-dasar psychophysics dan psikologi eksperimental. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukannya, Bacon merasa yakin bahwa Al-Haitham adalah sarjana pertama yang berhasil menggabungkan fisika dengan psikologi, dibandingkan Fechner yang baru menulis Elements of Psychophysics pada tahun 1860 M. Begitulah, kedokteran dan psikologi Islam mengembangkan pengobatan penyakit jiwa. heri ruslan


Utang Budi Kedokteran Modern


Kontribusi umat Islam bagi peradaban manusia adalah fakta yang tak terbantahkan. Para sejarawan sains Barat dalam sebuah konferensi mengakui bahwa dunia kedokteran modern berutang begitu banyak terhadap para ilmuwan Muslim di era keemasan Islam. Betapa tidak, dokter Muslim di era kekhalifahan merupakan perintis diagnosis dan penyembuhan beragam penyakit.

Dr Emilie Savage-Smith dari St Cross College di Oxford mengungkapkan, Islam adalah peradaban pertama yang memiliki rumah sakit. Menurut dia, rumah sakit pertama di dunia dibangun Kekhalifahan Abbasiyah di kota Baghdad, Irak sekitar tahun 800 M. ''Rumah sakit yang berdiri di Baghdad itu lebih mutakhir dibandingkan rumah sakit di Eropa Barat yang dibangun beberapa abad setelahnya,'' papar Savage-Smith seperti dikutip Independent.

Savage-Smith mengungkapkan, rumah sakit (RS) Islam terbesar di zaman keemasan dibangun di Mesir dan Suriah pada abad ke-12 dan 13 M. Pada masa itu, RS Islam sudah menerapkan sistem perawatan pasien berdasarkan penyakitnya. Menurut Savage-Smith, pembangunan sebuah sistem rumah sakit yang begitu luas merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam peradaban Islam pada abad pertengahan.

''Peradaban Islam pada abad ke-10 M untuk pertama kalinya memperkenalkan sistem pendidikan kedokteran secara langsung di rumah sakit,'' papar Savage-Smith. Ia pun mengagumi Islam yang mengajarkan umatnya untuk merawat seluruh jenis penyakit tanpa memandang status ekonomi pasiennya.

Menurut dia, rumah sakit Islam pada era kejayaannya terbuka bagi semua; laki-laki, perempuan, warga sipil, militer, kaya, miskin, Muslim dan non-Muslim. Pada masa itu, kata Savage-Smith, rumah sakit memiliki beragam fungsi yakni sebagai; pusat perawatan kesehatan, rumah penyembuhan bagi pasien yang sedang dalam tahap pemulihan dari sakit atau kecelakaan.

Selain itu, ungkap Savage-Smith, peradaban Islam juga sudah memiliki rumah sakit jiwa atau insane asylum. Menurut dia, masyarakat Muslim juga tercacat sebagai yang pertama mendirikan dan memiliki rumah sakit jiwa. Rumah sakit pada era keemasan Islam juga berfungsi sebagai tempat perawatan para manusia lanjut usia (manula) yang keluarganya kurang beruntung.

Smith-Savage menuturkan, para dokter Muslim menguasai dunia kedokteran berkat upaya penerjemahan terhadap karya-karya kedokteran Yunani klasik. Tak cuma menerjemahkan, namun para dokter Muslim pun mengembangkan, menemukan serta menulis buku-buku kedokteran.

Para dokter Muslim pun berhasil menemukan sejumlah penyakit, cara pengobatan hingga penyembuhannya. Menurut Smith-Savage, dokter Muslim telah mampu menjelaskan beragam jenis penyakit infeksi seperti cacar air. Selain itu, kedokteran Islam juga menemukan penyakit yang sebelumnya tak diketahui manusia, seperti kataraks. Bahkan, kedokteran Islam juga telah berhasil melakukan operasi atau bedah.

Peradaban Barat pun belajar dan mengembangkan hasil penemuan dan penelitian di bidang kedokteran. Tanpa kontribusi kedokteran Islam, boleh jadi dunia Barat tak akan menguasai ilmu kedokteran seperti saat ini. hri/taq

sumber: Republika online

Friday, April 17, 2009

Ibnu Yunus Astronom Legendaris dari Mesir


Ibnu Yunus (950 -1009 M) adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Tentu bukan tanpa sebab International Astronomical Union (IAU) mengabadikan nama sang astronom di kawah bulan. Lewat adikaryanya al-Zij al-Hakimi al-kabir, Ibnu Yunus dipandang telah berjasa menyusun sebuah tabel yang sangat akurat.

Sejatinya, Ibnu Yunus bernama lengkap Abu al-Hasan Ali abi Said Abd al-Rahman ibnu Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri. Ia adalah astronom agung yang terlahir di negeri piramida, Mesir. Sayangnya, sejarah kehidupan masa kecilnya nyaris tak ditemukan. Para sejarawan terbagi dalam dua pendapat soal tahun kelahiran sang ilmuwan.

Sebagian kalangan meyakini Ibnu Yunus lahir pada tahun 950 M dan ada pula yang berpendapat pada 952 M. Ibnu Yunus terlahir di kota Fustat, Mesir. Pada saat masih belia, sang astronom legendaris itu menjadi saksi jatuhnya Mesir ke genggaman Dinasti Fatimiyah. Kekhalifahan yang menganut aliran Syiah itu mendirikan pusat kekuasaannya di Kairo pada 969 M.

Sang ilmuwan mengembangkan ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika dan astrologi di bawah lindungan Kekhalifahan Fatimiyah. Ibnu Yunus mengabdikan dirinya selama 26 tahun bagi pengembangan sains di era kepemimpinan Khalifah Al-Azis dan al-Hakim, penguasa Dinasti Fatimiyah.

Ibnu Yunus tercatat melakukan observasi astronomi selama 30 tahun dari 977 hingga 1003 M yang didedikasikan untuk kedua khalifah. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.

Secara khusus, ia menulis al-Zij al-Hakimi al-kabir bagi khalifah al-Hakim. Meski sejarah masa kecilnya tak terungkap, yang jelas Ibnu Yunus berasal dari sebuah keluarga terpandang di tanah kelahirannnya. Ayahnya adalah seorang sejarawan, penulis biografi, dan ulama hadis terkemuka.

Sang ayah dikenal sebagai salah seorang penulis sejarah Mesir pertama. Ada dua volume sejarah mesir yang ditulis ayah Ibnu Yunus, yakni tentang orang-orang Mesir, dan pendapat para pelancong tentang Mesir.

"Ayah Ibnu Yunus merupakan seorang pengarang yang memiliki banyak karya. Salah satu karyanya menjelaskan tentang Perayaan di Mesir. Ayahnya juga dikenal sebagai orang yang pertama kali menyusun kamus biografi yang dibuat khusus untuk orang-orang Mesir," tutur Dale F Eickelman dan James Piscatori dalam karyanya Muslim Travellers: Pilgrimage, Migration, and the Religious Imagination.

Menurut Eickelman dan Piscatori, kakeknya Ibnu Yunus juga tak kalah terkenal. Sang kakek merupakan sahabat ilmuwan termasyhur al-Shafi.

Kontribusi dalam bidang Astronomi
Ibnu Yunus sangat terkenal dengan adikaryanya bertajuk al-Zij al-Hakimi al-Kabir. Kitab yang ditulisnya itu mengupas tabel astronomi – sebuah hasil penelitian yang sangat akurat. NM Swerdlow dalam karyanya berjudul Montucla's Legacy: The History of the Exact Sciences mengungkapkan, al-Zij al-Hakimi al-Kabir merupakan salah satu karya astronomi yang sangat mashur.

Menurut Swerdlow, kitab yang ditulis Ibnu Yunus terbukti kebenarannya. Sayangnya, kitab yang fenomenal itu, kini tak lagi utuh, hanya tersisa sebagian saja. Kitab itu ditulisnya untuk dipersembahkan pada Khalifah al-Hakim. Kitab yang dituliskannya itu begitu populer di era kejayaan peradaban Islam.

Tabel yang disusunnya itu digunakan untuk beragam keperluan astronomi. Salah satunya untuk kepentingan penanggalan yang digunakan masyarakat Muslim di beberapa wilayah, seperti Suriah. Selain itu, tabel itu juga mengupas tentang teori jam matahari serta mampu menentukan garis bujur dan lintang matahari, bulan dan planet. Tabel Ibnu Yunus pun digunakan untuk menentukan arah kiblat.

Karya penting Ibnu Yunus dalam astronomi yang lainnya adalah Kitab ghayat al-intifa. Kitab itu berisi tabel bola astronomi yang digunakan untuk mengatur waktu di Kairo, Mesir hingga abad ke-19 M. Sebagai astronom terpandang, Ibnu Yunus melakukan penelitian dan observasi astronomi secara hati-hati dan teliti. Tak heran, jika berbagai penemuannya terkait astronomi selalu akurat dan tepat.

Ibnu Yunus juga diyakini para sejarawan sebagai orang pertama yang menggunakan bandul untuk mengukur waktu pada abad ke-10 M. Ia menggunakan bandul untuk memastikan akurasi dan ketepatan waktu. Dengan begitu, Ibnu Yunus merupakan penemu pertama bandul waktu, bukan Edward Bernard dari Inggris, seperti yang diklaim masyarakat Barat.

Tak cuma itu, Ibnu Yunus juga telah mampu menjelaskan 40 planet pada abad ke-10 M. Selain itu, ia juga telah menyaksikan 30 gerhana bulan. Ia mampu menjelaskan konjungsi planet secara akurat yang terjadi pada abad itu. "Konjungsi Venus dan Merkurius pada Gemini. Waktu itu kira-kira delapan ekuinoksial jam setelah pertengahan hari, di hari Ahad. Merkurius berada di utara Venus dan garis lintang mereka berbeda tiga derajat," tutur Ibnu Yunus.

Buah pemikiran Ibnu Yunus mampu mempengaruhi ilmuwan Barat. ''Pada abad ke-19 M, Simon Newcomb menggunakan teori yang ditemukan Ibnu Yunus untuk menentukan percepatan bulan," papar John J O'Connor, dan Edmund F Robertson, dalam karyanya Abul-Hasan Ali ibnu Abd al-Rahman ibnu Yunus".

Menurut Salah Zaimeche dalam karyanya The Muslim Pioneers of Astronomy, penelitian Ibnu Yunus yang lain juga telah menginspirasi Laplace terkait arah miring matahari dan ketidaksamarataan Jupiter dan Saturnus. Ibnu Yunus memang fenomenal. Secara tekun dan penuh ketelitian, ia telah melakukan pengamatan lebih dari 10 ribu masukan untuk posisi matahari dengan memakai sebuah astrolable monumental yang besar berdiameter 1,4 meter.

Sang ilmuwan tutup usia pada 1009 M. Meski, Ibnu Yunus telah wafat 11 abad lalu, namun nama besarnya masih abadi hingga kini. dessy susilawati


Kontribusi Sang Ilmuwan bagi Peradaban

Selain berjasa mengembangkan astronomi, Ibnu Yunus juga turut membesarkan ilmu-ilmu lain yang penting, seperti matematika dan astrologi.

Astrologi
Dalam bidang astrologi, ia membuat berbagai prediksi dalam tulisan yang dirangkum dalam Kitab bulugh al-umniyya. Sebagai seorang peramal, Ibnu Yunus sempat memprediksi hari kematiannya. Meski badannya segar bugar, pada tahun 1009, ia meramal dirinya akan meninggal tujuh hari lagi. Sejak itu, ia membaca Alquran berulang-ulang. Hingga akhirnya, ia meninggal pada hari yang diprediksikannya.

Matematika
Ibnu Yunus juga dikenal sebagai matematikus ulung. Ia telah menguasai trigonometri yang sangat rumit pada abad ke-10 M. Matematika yang dikuasainya itu dikembangkan untuk meneliti dan menguak rahasia benada-benada di langit. Ia memadukan matematika untuk mengembangkan astronomi. Salah satu buktinya, kitab al-Jiz al-Hakimi al-Kabir yang ditulisnya berisi ratusan rumus yang digunakan dalam spherical astronomy.

Sang ilmuwan telah memberi inspirasi dan pengaruh bagi para astronom di dunia Muslim maupun Barat. Salah satu astronom Muslim terkemuka yang banyak menerapkan buah pemikiran Ibnu Yunus adalah al-Tusi. Lewat Ilkhani zij yang ditulis al-Tusi, hasil penelitian Ibnu Yunus tentang bulan dan matahari masih tetap digunakan.

Banyak sumber mengklaim bahwa Ibnu Yunus menggunakan sebuah bandul untuk mengukur waktu. Hal itu dicatat Gregory Good dalam Sciences of the Earth: An Encyclopedia of Events, People, and Phenomena. Penemuannya itu juga diakui Roger G Newton dalam Galileo's Pendulum: From the Rhythm of Time to the Making of Matter.

Ibnu Yunus juga telah membuat rumus waktu. Ia menggunakan nilai kemiringan sudut rotasi bumi terhadap bidang ekliptika sebesar 23,5 derajat. Tabel tersebut cukup akurat, walaupun terdapat beberapa error untuk altitude yang besar. Ibnu Yunus juga menyusun tabel yang disebut Kitab as-Samt berupa azimuth matahari sebagai fungsi altitude dan longitude matahari untuk kota Kairo. Selain itu, disusun pula tabel a(h) saat equinox untuk h = 1, 2, …, 60 derajat.

Tabel untuk menghitung lama siang hari (length of daylight) juga disusun Ibnu Yunus. Ia juga menyusun tabel untuk menentukan azimuth matahari untuk kota Kairo (latitude 30 derajat) dan Baghdad (latitude 33:25), tabel sinus untuk amplitude terbitnya matahari di Kairo dan Baghdad. Ibnu Yunus juga disebut sebagai kontributor utama untuk penyusunan jadwal waktu di Kairo. she

sumber: Republika Online

Al-Zarqali: Astronom Legendaris dari Andalusia


Arzachel. Begitulah masyarakat Barat biasa menyebut al-Zarqali, seorang astronom Muslim legendaris dari Andalusia. Kontribusinya bagi pengembangan astronomi modern sungguh sangat besar. Ia tak hanya menciptakan peralatan astronomi berteknologi, namun juga sederet terori penting.

Tak heran jika kemudian, masyarakat astronomi modern mengabadikan namanya di salah satu kawah bulan. Ia tercatat sebagai satu dari 24 ilmuwan Muslim yang diakui dunia sains modern. Al-Zarqali merupakan salah satu ilmuwan yang lahir dari era kejayaan Islam di Spanyol Muslim alias Andalusia.

Sejatinya, ia bernama lengkap Abu Ishaq Ibrahim Ibnu Yahya al-Zarqali. Di dunia Islam, ia juga dikenal dengan nama al-Zarqalluh atau al-Zarqallah. Dia terlahir di Toledo, Andalusia pada tahun 1029 M. Al-Zarqali tumbuh besar ketika kejayaam peradaban Islam di Andalusia berada di tubir kehancuran.

Saat itu, Andalusia diserang pasukan Kristen dari berbagai penjuru. Pada akhir abad ke-11 M, pusat peradaban Islam di Eropa itu nyaris jatuh dikuasai pasukan Kristen. Untunglah, pasukan tentara Dinasti Murabbitun dari Maroko berhasil mematahkan serangan pasukan musuh.

Setelah kekuasaan Dinasti Murabbitun berakhir, peradaban Islam di Andalusia masih sempat bersinar selama dua abad hingga pertengahan abad ke-13 M. Jauh sebelum al-Zarqali menjelma menjadi seorang ilmuwan terpandang di Andalusia, peradaban Islam di wilayah itu telah memiliki sederet saintis fenomenal seperti: Ibnu Firnas (wafat 887), penemu presawat terbang; al-Zahrawi (936-1013 M), seorang dokter bedah; al-Dinawari seorang ahli botani; serta al-Majriti (wafat 1007 M) yang juga seorang ilmuwan serbabisa.

Ilmu pengetahuan berkembang pesat di Andalusia, karena mendapat dukungan dari para penguasa. Pada masa kekuasaan Khalifah al-Hakam II, Andalusia memiliki sekitar 70 perpustakaan umum. Tak hanya sains yang berkembang, kota-kota di Andalusia pun menjelma menjadi metropolitan terkemuka.

''Saat itu, Andalusia merupakan kota yang paling berperadaban di Eropa.'' ujar T Burckhardt (1972) dalam bukunya Moorish Culture in Spain. Perkembangan ilmu astronomi di era Kekhalifahan Umayyah Spanyol mencapai puncaknya pada abad ke-11 dan 12 M. Ibnu Haitham menjadi salah seorang astronom asal Andalusia yang pertama kali mengubah konfigurasi Ptolemeus.

Pada akhir abad ke-11 M, al-Zarqali alias Arzachel menjadi astronom kebanggaan peradaban Muslim di Andalusia. Ia menemukan bahwa orbit planet itu adalah edaran eliptik bukan edaran sirkular. Selain itu, ada pula astronom lainnya seperti Ibnu Bajjah serta Nur Ed-Din Al Betrugi alias Alpetragius yang mengusulkan model-model planet baru.
Kehidupan al-Zarqali

Barron Carra de Vaux (1921) dalam bukunya bertajuk Les Penseurs de l'Islam menyebut al-Zarqali dengan panggilan 'al-Nekkach' – pemahat logam. Sebelum dikenal sebagai seorang astronom, al-Zarqali memulai karirnya sebagai seorang mekanik dan pembuat kerajinan dari logam. Kemahirannya sebagai seorang mekanik membuatnya dipercaya untuk menjadi pegawai Ibnu Said di Toledo.

Pada 1060 M, al-Zarqali membuat peralatan observatorium astronomi yang didedikasikan untuk Yahya Ibnu Abi Mansur. Awalnya, al-Zarqali memang menciptakan peralatan untuk para ilmuwan lain. Karya ciptanya yang luar biasa akhirnya mengundang ketertarikan dari ilmuwan lain.

''Para ilmuwan lain akhirnya mengakui kehebatan intelektualitas al-Zarqali,'' papar Barron carra de Vaux. Al-Zarqali terbilang unik. Dia adalah seorang saintis Muslim legendaris yang tak pernah belajar secara formal. Bahkan, pada awalnya, al-Zarqali nyaris tak pernah membaca bahkan memegang buku sekalipun.

Kalangan ilmuwan yang kagum dengan karya-karya al-Zarqali kemudian mendorongnya untuk belajar. Mereka memberinya banyak buku. Al-Zarqali pun kemudian belajar secara otodidak. '' Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1062 M, dia menjadi anggota kumpulan para ilmuwan di Andalusia,'' Juan Vernet dalam Dictionary of Scientific Biography.

Setelah mensejajarkan dirinya dengan para ilmuwan lainnya, al-Zarqali tak lagi menciptakan peralatan untuk saintis lain. Sang saintis mulai menciptakan penemuannya sendiri. Bahkan, al-Zarqali pun mengajarkan ilmu otoddak yang dikuasainya. Sejak saat itulah, dia dikenal sebagai ilmuwan terkemuka di Andalusia.

Salah satu penemuan al-Zarqali yang paling fenomenal adalah pembuatan jam di Toledo. Jam yang diciptakannya itu masih bisa digunakan hingga tahun 1135 M. Penemuannya itu menarik perhatian Raja Alphonso IV. Secara khusus Raja Alphonso mencari tahu bagaiama jam yang diciptakan al-Zarqali itu bekerja.

Selain berhasil menciptakan jam air yang sangat mengagumkan, al-Zarqali juga mampu membuat astrolab paling canggih dan akurat. Atrolab yang ciptakannya tergolong paling bagus di antara astrolab lain yang dibuat sebelumnya serta pada masa itu. Astrolab itu bisa digunakan untuk beragam keperluan.

Astrolab ciptaannya bisa digunakan untuk mengamati siklus zodiak. Selain itu juga bisa didesain secara khusus untuk mengukur garis lintang dan memproyeksikan letak ekuator. Teknologi astrolab yang dibuatnya juga bisa menentukan jam atau waktu.

Al-Zarqali begitu populer di dunia Barat. Selama berabad-abad, karyanya yang fenomenal, yakni Tabel Toledo begitu dikagumi Masyarakat Kristen Barat. Hasil buha pikirnya itu begitu berpengaruh bagi masyarakat Barat. Karyanya itu kemudian diterjemhakan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremona. Karyanya al-Zarqali itu mampu bertahan selama lebih dari dua abad.

Pengaruh al-Zarqali yang begitu kuat itu membuat table-table astronomi lainnya di Eropa didasarkan pada hasil pengukuran al-Zarqali. Tabel Marseilles yang didasarkan pada Tabel Toledan buatan al-Zarqali juga diadaptasi ke meridian London, Paris dan Pisa.

Raymond dari Marseilles merupakan salah seorang yang pertama kali mengadaptasi tabel al-Zarqali di Eropa yakni kota Marseilles. Leopold dari Austria, juga tercatat sebagai astronom Austria yang juga terpengaruh dengan pemikiran al-Zarqali. Tak cuma itu, Tablas Alfonsinas yang dibuat Alfonso juga didasarkan pada hasil kerja al-Zarqali.

Al-Zarqali tutup usia pada tahun 1087 M. Meski begitu, buah pikir dan karya-karyanya telah memberi inspirasi bagi ilmuwan lain terutama di Eropa. Peradaban Islam masa kini sudah seharusnya menumbuhkan kembali semangat dan perjuangan hidup seorang al-Zarqali. N heri ruslan


Kontribusi Sang Astronom


Selain berhasil menemukan fakta bahawa orbit planet itu adalah edaran eliptik bukan edaran sirkular, al-Zarqali juga mampu mengoreksi data geografis yang dibuat Ptolemeus. Secara khusus, dia mengoreksi panjang Laut Mediterania. Al-Zarqali juga mampu menemukan sejumlah fakta penting terkait rahasia langit, seperti planet, bintang, bulan dan matahari.

Penemuan-penemuan yang diciptakannya ditulis dalam kitab berjudul al-Safiha al-Zarqaliya alias Azafea. Dalam risalah itu tercatat sejumlah penemuannya seperti, astrolab universal, tabel 29 bintang serta yang lainnya. Al-Zarqali dikenal sebagai seorang ilmuwan yang mampu menggabungkan kemampuan teknik dengan teoritik.

Dalam catatannya, al-Zarqali mengungkapkan adanya observatorium juga dibangun peradaban Islam di Toledo serta Cordoba. Observatorium yang dibangun di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah Spanyol itu diyakini keduanya telah menggunakan peralatan astronomi yang tercanggih di zamannya. Beberapa diantaranya merupakan ciptaan al-Zarqali.

Ia juga tercatat telah menemukan salah satu peralatan komputer analog di era kejayaan Islam. Arzachel, demikian orang Barat biasa menyebut Al-Zarqali, berhasil menemukan Equatorium alat penghitung bintang. Peralatan komputer analog lainnya yang dikembangkan A-Zarqali bernama Saphaea. Inilah astrolabe pertama universal latitude-independent. Astrolabe itu tak bergantung pada garis lintang pengamatnya dan bisa digunakan di manapun di seluruh dunia. hri

sumber: Republika Online

Makanan Sebagai Obat di Era Peradaban Islam

Mengatur pola makan merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengobatan.


''Setiap penyakit ada obatnya,'' begitu bunyi salah satu hadis Rasulullah SAW. Para dokter dan ilmuwan Muslim di era keemasan telah berupaya mencari dan menemukan beragam bentuk pengobatan. Yang menarik, dokter-dokter Muslim di zaman kejayaan peradaban Islam mampu menjadikan makanan sebagai obat.

Menurut Prof Nil Sari dalam tulisannya bertajuk Food as Medicine in Islamic Civilization, dokter Muslim seperti Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu al-Baitar telah berhasil menjadikan makanan sebagai obat. Avicena – begitu masyarakat Barat biasa menyubutnya -- pada abad ke-11 M sudah menulis manuskrip tentang diet dan makanan sebagai obat.

Sang dokter memasukan resep makanan yang berkhasiat sebagai obat itu dalam ilmu kedpkteran. "Dalam salah satu risalahnya, Ibnu isna menetapkan enam aturan hidup sehat, salh satunya menyatakan bahwa makanan berfungsi obat , melalui diet seimbang," ungkap Prof Nil Sari, keepala Departemen Sejarah dan Etika Pengobatan dari Universitas Istanbul, Turki.

Para dokter Muslim di era keemasan telah menerapkan diet kepada para pasiennya. Makanan telah menjadi bagian terpenting dalam pengobatan, bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. "Mengatur pola makan merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengobatan," papar Prof Nil Sari.

Ilmuwan dan dokter Muslim al-Razi juga menekankan pentingnya penyembuhan penyakit melalui pola makan. "Jika kamu dapat menyembuhkan seseorang dengan diet (mengatur pola makan), maka jangan menyarankan pengobatan," ujar Prof Nil Sari mengutip pernyataan al-Razi.

Pemikiran dan gagasan dari para dokter Muslim terdahulu mengenai fungsi makanan sebagai obat telah diterapkan masyarakat Muslim di era kekuasaan Kekhalifahan Usmani Turki. Menurut Prof Nil Sari, prinsip kesehatan dan nutrisi seimbang dalam pengobatan Turki Usmani didasarkan pada teori "unsur" dan "humours".

Prof Nil Sari mengungkapkan, tubuh manusia memiliki empat unsuratau sifat, yakni; panas, dingin, basah, dan kering. Selain itu, dalam tubuh manusia juga terdapati empat zat cair atau humours, yakni darah, dahak/lendir, cairan empedu kuning dan cairan empedu hitam.

Berdasarkan teori unsur dan humoural yang ada dalam tubuh manusia, makanan diklasifikan dalam empat jenis. Menurut Prof Nil Sari, makanan dan minuman dapat mempengaruhi keseimbangan humoural. "Makanan dan minuman secara alami membangkitkan darah. Karena penyakit juga terdiri dari panas, dingin, kering dan basah, penyakit bisa dirawat dengan makanan atau pengobatan," ujarnya.

Makanan dan minuman yang berpengaruh dalam keseimbangan humoral juga diklasifikasikan berdasarkan teori elemen seperti panas, dingin, kering, serta basah. Menurut Prof Nil Sari, penyakit pun terdiri dari empat jenis, yakni panas, dingin, kering dan basah. ''Setiap penyakit ditangani dengan makanan dan obat yang memiliki kualitas yang berlawanan,'' paparnya.

Menurut Prof Nil Sari, makanan dingin bisa membentuk dahak, conrohnya, ketimun, labu, serta selada. Makanan dingin menyebabkan kelemahan. Makanan panas, lanjut dia, secara alami membentuk cairan empedu kuning. Makanan panas adalah makanan yang mengandung rempah-rempah dan bumbu, seperti jahe, lada, ketumbar kering, kayu manis, bawang serta bawang putih.

''Sedangkan makanan kering akan membentuk empedu hitam, itu karena sifatnya melankolis,'' paparnya. Makanan jenis ini, kata dia, bisa membuat seseorang yang kehilangan nafsu makan dan sembelit. Makanan yang termasuk jenis itu antara lain; padi, kacang-kacangan dan daging kering.

Jenis makanan lainnya adalah makanan basah. Makanan jenis ini memiliki ciri tak terlalu berasa asin, manis, asam atau pahit. Makanan ini dapat mengurangi efek. Mie dan bayam yang dimasak dengan nasi dan daging merupakan contoh makanan basah.

Menurut Prof Nil Sari, makanan juga diklasifikasikan berdasarkan pencernaan, yakni makanan lembut dan makanan Makanan lembut bisa membantu membantu mengusir residu dalam makanan. Mengkonsumsi makanan lembut berfungsi untuk memanaskan darah serta memproduksi cairan empedu kuning.

Makanan seperti ini, lebih banyak terkandung dalam sayuran (terutama lobak dan sawi), kaldu daging, kuning telur, hati, daging domba dan kacang dan sup buncis, burung merpati muda, burung pipit, acarn bawang, bawang putih, acar lobak dengan cuka, acar gula bit dengan sawi.

Prof Nil Sari menambahkan, makanan seperti roti gandum murni, buah yang masak di pohon, serta buah ara matang bisa memberikan kekuatan penuh. Prof Nil juga memaparkan sayuran dan buahan merupakan makanan yang menyembuhkan. Contohnya, buah ara, anggur yang masak penuh dan biji merupakan makanan yang menyembuhkan dalam masalah ilmiah dan bisa dimakan dengan hemat. dessy susilawati


Hidangan Ikan dan Burung Sebagai Obat

Pada abad 17 M, seorang penulis asal Turki, Evliya Celebi mengungkapkan ada beberapa jenis daging burung dan ikan yang biasa diberikan kepada pasien di Rumah sakit Fatih Sultan Mehmet Han Mental dan di rumah sakit Bayezid di Edirne. Daging burung dan ikan itu disajikan sebagai obat.

"Makanan lezat dari daging burung disediakan kepada pasien setiap dua kali sehari,'' papar Prof Nil sari mengutip pernyataan Evliya Celebi. Beragam jenis daging burung berkhasiat obat yang biasa dihidangkan untuk para pasien itu antara lain; ayam hutan, burung bulbul, burung pipit dan burung dara.

Daging burung itu dimasak dan dihidangkan untuk penderita cacat dan merawat orang sakit. Menurut Prof Nil Sari, daging atau lemak bisa diterapkan untuk obat luka luar dan dalam.Selain itu, daging burung juga bisa digunakan untuk merawat penyakit otot dan sistem kegelisahan serta meningkatkan kejantanan. Masing-masing spesies burung memiliki efek yang berbeda-beda .

Contohnya, daging bebek bisa mengobati suara serak, menghilangkan gas dalam perut, meningkatkan kejantanan, dan menggemukkan dan memperkuat badan, ini juga baik untuk membebaskan perasaan sakit berasal dari lemak. Lemak bebek membersihkan dan mempercantik kulit.

Burung atau unggas kadang dimasak dengan rempah-rempah dan tumbuhan obat. Kaldunya dapat dibuat dari ayam muda, ayam betina atau ayam jantan nutrisi keduanya dalam substansi dan sebuah pengobatan, saat otak, testicles dan kotoran badan sedang diobati. Ayam jantan paling baik ayam yang belum bisa kukuruyuk dan ayam betina paling baik itu yang belum menghasilkan telur.

Tak hanya itu, jenis ikan, seperti goby, turbot, belut, gurame, bass laut, tombak, mullet merah, ikan laut plaice, ikan biru, ikan air tawar, picarel, mullet abu-abu, ikan lidah, two-banded air tawar, bonito, ikan mackerel dan trout, dan juga ikan lumba-lumba bisa digunakan sebagai obat.

Jenis ikan yang paling baik untuk pengobatan adalah mullet merah, goby dan ikan kalajengking. "Ini semua tertuang dalam buku medis dalam era Peradaban Islam. Yakni tentang ikan merupakan makanan yang paling baik, di mana mereka menangkap, bagaimana memasak mereka, dan dengan makanan apa ikan harus dimakan atau tidak," jelas Nil Sari.

Nil Sari menambahkan sejak ikan memiliki sifat dingin secara alami maka memiliki sifat tenang dengan humours panas dan dengan demikian memiliki efek bermanfaat dalam kasus penyakit alami panas. "Contoh, ikan baik untuk batuk kering, penyakit kuning, kelemahan, disentri dan fissurations. Telur ikan memperbaiki kejantanan dan baik untuk batuk dan disentri," ujar Prof Nil Sari. she/taq


sumber: Republika Online

Teknologi Pembuatan Kulit Abad Petengahan

Teknologi Pembuatan Kulit Abad Petengahan

Perdagangan barang-barang terbuat dari kulit begitu meluas di pertengahan abad ke-13M


Selain dikenal sebagai produsen tekstil terkemuka, peradaban Islam di kekhalifahan juga sangat masyhur dengan aneka produk kulit. Sejatinya, manusia telah mengenal dan menggunakan kulit jauh sebelum industri tekstil berkembang. Tak heran jika proses pengubahan kulit mentah (skin) menjadi kulit (leather) pun berkembang di setiap peradaban.

''Sejak abad ke-5 H atau 11 M, para perajin Muslim telah berhasil meningkatkan teknik pabrikasi atau pembuatan kulit,'' ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donarld R Hill dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated. Bahkan dari merekalah muncul sejumlah kumpulan praktik-praktik pengerjaan kulit yang sudah terbukti keandalannya.

Menurut al-Hassan dan Hill, teknologi pembuatan kulit yang dikuasai para perajin di kota-kota besar Islam telah ditransfer kepada peradaban Barat. Sejak abad ke-11 hingga 19 M, prinsip dasar produksi kulit masih menerapkan teknik-teknik yang dikembangkan masyarakat Muslim di era keemasan.

Industri kulit tumbuh sangat pesat di beberapa negeri Islam. ''Bahkan ada negeri Islam yang mampu mengekspor aneka produk kulit dalam jumlah yang sangat besar,'' tutur al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassan, sentra produksi pembuatan kulit yang paling penting di dunia Islam adalah Yaman. Selain itu, ada beberapa kota lainnya seperti al-Tha'if di Hijaz serta Kordoba dan Maroko.

Kairo juga tercatat sebagai sentra perdagangan dan pabrikasi kulit. Sebenarnya, kata al-Hassan, hampir seluruh kota di dunia Islam memiliki industri kulit. ''Sungguh perdagangan barang-barang terbuat dari kulit begitu meluas di pertengahan abad ke-13 M,'' imbuh al-Hassan, seorang sejarawan sains Arab pada Universitas Toronto.

Industri kulit menjadi sumber pendapatan bagi kota-kota Islam. Pada abad ke-13 M, pajak yang ditarik dari industri penyamakan kulit di kota Aleppo tercatat melebihi jumlah total pajak dari industri-industri yang lain. Menurut al-Hassan, dunia Islam di era kejayaannya telah mampu memproduksi aneka produk dari kulot seperti; garmen, sandal, sepatu dan boot, tas, kantung, wadah air, emper, saringan, instrumen musik serta banyak lagi.

Al-Hassan mengungkapkan, sebagian besar keahlian dan keterampilan membuat produk-produk kulit itu telah diklasifikasikan dalam manual para muhtasib yang mengontrol mutunya. Dalam kitab Ma'alim Al-Qurba (Tugas Muhtasib), dicontohkan, seorang muhtasib bertugas untuk memberi instruksi serta mengontrol kualitas alas kaki, dan spesifikasinya. Bahan kulit yang digunakan pun dipilih secara ketat, yakni kulit yang telah disamak dengan baik.

"Mereka akan memberi peringatan bila penyamakan kulit dilakukan secara tak sempurna. Selain itu, muhtasib juga akan menetapkan kualitas dan jenis benang hingga jarum yang akan dipakai,'' papar al-Hassan dan Hill. Tak heran, jika kulitas aneka produk kulib buatan peradaban Islam dikenal sangat berkualitas. Itu karena pembuatannya dilakukan secara profesional.

Menurut al-Hassan, salah satu produk penyamakan Arab yang paling terkenal adalah selempang kulit dari Cordoba, Andalusia. Menurut al-Hassan, popularitas selempang dari Cordoba sangat dikagumi dan dikenal di seluruh benua Eropa. Selempang itu sudah mulai diproduksi sejak abad ke-5 H atau ke-11 M. Pengrajin kulit Muslim menggunakan kulit mouflon sebagai bahan dasarnya.

Al-Hassan dan Hill mengungkapkan, mouflon adalah kulit sejenis domba berbulu dengan tanduk seperti biri-biri dan kulit seperti rusa jantan -- kini hidup di Korsika dan Sardinia. Menurutnya, orang-orang Spanyol menggunakan prosedur yang berbeda untuk membuat barang-barang kulit.

Ada yang memproses penyamakan nabati dengan menggunakan sumac dan ada pula penyamakan mineral menggunakan tawas. Saat itu, produk kulit yang sangat berharga berwarna merah tua. Prosesnya didapat dari penyamakan dengan tawas, kemudian menyelupnya dengan bahan yang berasal dari genus Kermes.

Selain itu, industri alas kaki seperti sepatu dan sandal juga merupakan industri termasyhur saat itu. Misalnya dari Kordoba, teknik-teknik khusus yang mencakup penyamakan mineral, penyamakan dengan sumac atau kombinasi keduanya, dan proses akhir menggunakan minyak. Industri itu kemudian menyebar ke Maroko.

Dari kedua kota Islam itu, rahasia kerajinan kulit itu mulai tekuak dan menyebar hingga Eropa. "Tatahan 'cordovan' dan 'morocco' yang digunakan pada sebagian barang kulit Eropa menyimbolkan alih teknologi itu. Teknik itu masih tetap dipakai hingga abad ke-19," kata al-Hassan dan Hill. dessy susilawati


Proses Pembuatan Kulit

Mengolah kulit mentah menjadi kulit yang dikembangkan peradaban Islam memerlukan beberapa tahapan. Dalam manuskrip-manuskrip Arab tercatat ada tiga tahapan yang harus dilalui. Ketiga tahap pembuatan kulit itu antara lain, persiapan kulit mentah untuk disamak, setelah itu dilakukan penyamakan, terakhir proses finishing kulit yang telah disamak.

Persiapan Kulit
Kulit mentah atau jangat yang akan dibuat kulit harus dibusukkan. Namun proses pembusukan ini harus ditunda dulu dengan menggunakan garam yang kita kenal sebagai bahan pengawet. Garam ini kemudian ditaburi di atas jangat, setelah itu dijemur di bawah terik matahari. Setelah jangat tersebut kering lalu dibawa ke penyamak. Se telah itu, jangat direndam dengan air untuk menghilangkan kotoran hewan, tanah dan zat albumin.

"Lalu jangat tersebut direaksikan dengan kapur untuk membuka teksturnya dan melunakkan rambut-rambut yang menempel, kemudian rambut ini dihilangkan dengan kerokan khusus berbentuk cekung berujung tumpul," jelas al-Hassan dan Hill.

Sisa daging yang mungkin masih melekat pada jangat tersebut, harus dibersihkan dengan pisau daging bergagang dua yang dirancang khusus. "Penghilangan daging ini ada kalanya memerlukan aplikasi perlakukan khusus yang disebut 'swelling' (pembengkakan),'' ungkap al-Hassan dan Hill.

Seperti dijelaskan di atas, teknik persiapan ini sangat bervariasi tergantung tipe jangat yang digunakan. Persiapan yang dilakukan akan berbeda dan ada ciri khas dari masing-masing bahan yang digunakan.

Penyamakan
Setelah jangat dikeringkan dan bersih dari kotoran, rambut maupun daging sisa, barulah dilakukan proses penyamakan. Proses ini bertujuan untuk mengubah jangat menjadi kulit. Penyamakan ini akan mengubah zat-zat kimia yang ada pada jangat. Tentu saja ini bertujuan untuk mencegah penguraian dan membuatnya tahan air, namun tetap mempertahankan strukturnya yang berserat.

"Proses penyamakan dibagi menjadi tiga bagian, pertama proses minyak atau 'chamoising', kedua proses mineral atau 'tawing', dan terakhir penyamakan nabati," papar Al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassanl, metode ini telah digunakan para penyamak Muslim sejak abad pertengahan. Biasanya mereka menggunakan secara terpisah ataupun mengkombinasi tiga metode tersebut.

Proses minyak atau 'chamoising'. Pada proses ini jangat dilunakkan menggunakan bahan-bahan berlemak. Hasil dari pelunakan tersebut disebut 'chamoising'. Kata 'chamoising' ini berasal dari bahasa Prancis 'chamois' yang berarti kambing gunung dari pegunungan Alpen. "Jenis kambing bisa jadi sangat tidak dikenal atau sukar diperoleh," jelas al-Hassan dan Hill.

Al-Hassan memperkirakan asal kata 'chamois' itu dari bahasa Arab yakni shahm, yang berarti lemak. Penyamakan mineral atau 'tawing', dilakukan dengan tawas. Penyamakan mineral merupakan tahapan penting dalam teknologi pembuatan kulit di dunia Islam. Teknik-tekniknya telah tertuang dalam manuskrip-manuskrip Arab.

Dalam manuskrip Arab itu dijelaskan cara penggunaan tawas dan garam. Selain itu juga dipaparkan berbagai penambahan bahan-bahan lain seperti barley atau gerst (jenis gandum yang dipakai untuk membuat bir), tepung dan yoghurt. "Beberapa sumber Arab juga menjelaskan penyamakan menggunakan tawas yang diikuti pembaceman (impregnation) dengan lemak," kata al-Hassan dan Hill.

Namun, manuskrip-manuskrip Arab tersebut menyebutkan proses penyamakan yang terpenting adalah penyamakan nabati. Dalam beberapa manual untuk para muhtasib -- pengawas perdagangan era abad pertengahan -- dijelaskan bahwa untuk penyamakan kulit kambing, masyarakat pada era itu lebih menyukai menggunakan tanaman qanat (Mimosa Nilotica) yang berasal dari Yaman dibanding berbagai jenis biji-bijian. Namun, sejumlah bahan nabati lain juga digunakan untuk penyamkan nabati, seperti tanaman sumac (genus Rhus dari suku Anarcadiaceae).

Proses Akhir
Agar kulit tampak cantik dan menarik dilakukanlah tahap finshing (tahap akhir). Selain untuk memperbaki penampilan, proses akhir ini juga berfungsi untuk memberikan sifat khusus. "Metode yang dipilih bergantung pada produk akhir dan termasuk juga penyelupan, sehingga didapatkan barang-barang dalam rentang warna yang luas, meliputi merah, coklat, biru, hijau zaitun, kuning, dan hitam" ungkap al-Hassan dan Hill. she/taq


sumber: republika online

Friday, April 10, 2009

Pengobatan Nabi - Sebuah Pesan Unggul

Praktik dan perkataan (hadis) Nabi Muhammad SAW tentang kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan pengobatan penyakit adalah apa yang disebut kaum Muslimin di seluruh dunia sebagai ath-thibb an-nabawi (pengobatan Nabi). Sekitar lima puluh hadis tentang penyakit-penyakit tertentu dan pengobatannya telah dikelompokkan di bawah judul bab Kitab Ath-Thibb (Kitab Pengobatan) dalam himpunan hadis terkenal, seperti kitab-kitab hadis Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan lain-lain. Di samping lima puluh hadis ini, lebih dari tiga ratus hadis tentang kebersihan diri, kebersihan lingkungan, serta pola makan dan minum, dan lain-lain ditemukan dalam judul-judul: Kitab Al-Asyribah (Kitab Minuman), Kitab Al-Ath’imah (Kitab Makanan), Kitab Al-Libas (Kitab Pakaian), Kitab Ath-Thaharah (Kitab Bersuci), Kitab Al-Haidh (Kitab Haid), Kitab Al-Jana’iz (Kitab Jenazah), Kitab Al-Mardha (Kitab Orang Sakit), dan lain-lain.

Seluruh hadis itu, yang jumlahnya sekitar empat ratus buah, membentuk pengobatan Nabi dan ini dapat ditemukan dalam kitab-kitab klasik karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (abad ke-8 H), Abu Nu’aim (abad ke-5 H), Abu Abdillah Adz-Dzahabi (Abad ke-8 H). Abu Bakar As-Sani (Abad ke-4 H), dan Abdurrahman As-Suyuthi (abad ke-9 H). Hampir semua karya tulis berbahasa Arab tersebut sekarang telah diterjemakan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lainnya. Nabi Muhammad SAW telah meletakkan fondasi bagi sebuah tatanan sosial tempat setiap muslim, juga setiap manusia, dianjurkan untuk memelihara kehidupan sehat secara fisik, secara psikologis, dan secara spiritual. Pengabaian terhadap salah satu aspek kehidupan dilarang oleh Rasulullah SAW. Menurut pendapat Douglas Guthrie (A History of Medicine, 1945), kemajuan pesat dalam kedokteran telah dibuat oleh kaum Muslimin abad pertengahan sebagai pengaruh dari hadis-hadis Rasulullah SAW. Guthrie berkata, “Bukankah Nabi Muhammad [SAW] telah bersabda, “Hai hamba-hamba Allah, gunakanlah pengobatan, karena Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa obatnya.”


Guthrie tidak mengutip sumber hadis penting ini, namun jelas bahwa dia merujuk kepada salah satu perkataan Nabi SAW yang terkenal dari Kitab Sunan Tirmidzi (salah satu dari enam kitab hadis paling penting). Pada kenyataannya banyak hadis semacam ini yang memberikan penekanan besar terhadap pengobatan dan melarang pengobatan melalui mantra-mantra, jampi-jampi, dan sihir. Sebagai contoh, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Setiap penyakit ada obatnya. Ketika obat itu diterapkan pada penyakitnya, ia akan sembuh.” Hadis ini dan beberapa hadis serupa telah diriwayatkan dalam Kitab Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan lain-lain. Suatu saat Rasulullah SAW ditanya oleh sahabatnya, “Adakah manfaat dalam pengobatan?” Beliau SAW menjawab, “Ya” Diriwayatkan pula bahwa beliau SAW telah bersabda, penggunaan obat-obatan adalah ketentuan Tuhan. Kita dapat melihat kebenaran mendasar yang diperkenalkan kepada manusia oleh Rasulullah SAW yaitu bahwa tidak ada penyakit tanpa ada obatnya. Hadis-hadis ini telah mewajibkan setiap masyarakat atau kelompok masyarakat untuk melakukan penelitian dan menemukan obat bagi setiap penyakit yang menimpa umat manusia.


Konsep bahwa ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan adalah asing bagi Islam. Dalam beberapa kesempatan menjenguk orang sakit (beliau SAW menganjurkan para sahabatnya untuk menjenguk orang yang sakit), setelah memeriksa penyakitnya, Nabi Muhammad SAW menyarankan si sakit untuk meminum obat yang diberikan dokter. Pada beberapa kasus beliau SAW menyarankan si sakit untuk berobat pada Harits bin Kalda, seorang tabib Yahudi terkenal di Tsaqif (sebuah tempat dekat Madinah). Suatu saat Nabi Muhammad SAW mengunjungi Sa’ad bin Abi Waqqash yang menderita serangan jantung. Nabi SAW meletakkan tangannya di dada Sa’ad dan Sa’ad pun merasakan kenyamanan, namun Nabi SAW memperingatkannya dan berkata, “Kamu kena serangan jantung, maka berkonsultasilah kepada Harits bin Kalda, seorang dokter ahli.” Contoh-contoh semacam ini sangat mengubah sikap bangsa Arab terhadap penyakit yang selama periode sebelum Islam sangat bergantung kepada pertolongan supranatural atau beragam pantangan untuk mengobati penyakit. Nabi Muhammad SAW telah menyadari bahaya epidemik dan karena itu dengan sangat rasional beliau SAW menyarankan, “Jika kalian mendengar pecahnya suatu wabah penyakit di daerah tertentu, janganlah kalian memasuki daerah itu. Jika wabah penyakit itu merebak di daerah tempat kalian berada, janganlah kalian lari dari daerah itu [dan meyebar ke daerah lain].” Berdasarkan hadis ini, pencegahan dan kewaspadaan terhadap wabah penyakit telah dianggap oleh kaum Muslimin sebagai perintah Tuhan. Nabi SAW juga menyatakan para korban wabah penyakit, seperti kolera dan pes sebagai syuhada. Ini adalah berita yang sangat menggembirakan bagi mereka yang menderita penyakit itu dan mengetahui akibat-akibatnya.


Nabi Muhammad SAW selalu mengingatkan para dokter untuk bersungguh-sungguh dalam mengobati pasien. Beliau SAW juga memperingatkan mereka yang tidak ahli dan tidak kompeten dalam ilmu pengobatan agar tidak mencoba-coba mengobati pasien, karena dikhawatirkan malah memperburuk keadaan si pasien. Karena itu, perdukunan dilarang dalam etika kedokteran Islam. Nabi Muhammad SAW menyarankan para pengikutnya untuk selalu menjaga kesehatan. Beliau SAW menghibur orang yang tertimpa suatu penyakit, parah atau tidak untuk tidak merasa bersalah karena merasa menjadi koban kemurkaan Allah SWT. “Penyakit,” kata Beliau SAW, “bukanlah kemarahan Allah, sebab para nabi pun menderita sakit, bahkan lebih berat daripada sakit orang-orang biasa.” Bayangkan, betapa menggembirakannya perkataan Nabi SAW ini ketika didengar oleh Umat Islam. Banyak hadis Bukhari, Muslim, dan lain-lain yang menunjukkan bahwa banyak orang datang kepada Nabi SAW secara teratur dan menceritakan penyakit mereka kepada beliau SAW. Nabi SAW biasanya memberi saran kepada mereka untuk menjalani pengobatan kemudian berdoa kepada Tuhan untuk membuang penyakitnya. Pada beberapa kesempatan beliau SAW sendiri yang langsung memberi resep pengobatan. Contohnya, dalam kasus kehilangan nafsu makan, beliau SAW sering menyarankan talbina, sup jewawut. Untuk sembelit, beliau SAW, selalu menyarankan penggunaan sana. Beliau SAW menyarankan penggunaan obat-obatan herbal seperti zaitun, jinten hitam, chichory, andewi, fenugreek, jahe, marjoram, kunyit, cuka, seledri air, dan lain-lain. Hadis-hadis tentang obat-obatan menunujukkan perhatian Nabi SAW terhadap kesejahteraan dan kesehatan umatnya. Untuk hal-hal kecil seperti minum, makan, serta memelihara kebersihan dan kerapihan, beliau SAW memberikan saran-saran yang tepat dan sempurna. Diriwayatkan bahwa beliau SAW telah bersabda, “Kebersihan adalah bagian dari iman”.


Beberapa hadis tentang jinten hitam, sana, dan biji seledri sangat menggungah pikiran. Contohnya, Nabi Muhammad SAW diriwayatkan telah bersabda, “Jinten hitam adalah obat untuk segala penyakit kecuali kematian.” Ungkapan serupa dikemukakan oleh Nabi SAW berkaitan dengan kemanjuran sana dan biji seledri. Gaya bahasa perkataan Nabi SAW tersebut jelas-jelas menunjukkan bahwa Nabi SAW sangat menekankan penggunaan obat (dari tanaman) yang sebagiannya mungkin dapat menyembuhkan banyak penyakit sekaligus. Hadis-hadis itu juga menumbuhkan rasa percaya diri orang yang sakit dalam upaya menghadapi penyakit dan menghilangkan penderitaan. Nasihat yang sangat rasional telah disampaikan Rasulullah SAW sehingga tidak ada orang yang berkecil hati menghadapi beratnya dan lamanya penyakit, karena obatnya telah tersedia di alam. Juga, tak seorang pun harus takut menghadapi kematian yang pasti datang. Suatu saat ketika Rasulullah SAW masih hidup ada seseorang bunuh diri karena tidak tahan menanggung penderitaan penyakit, mendengar hal itu, Nabi SAW mengecam keras perbuatan tersebut dan menolak ikut serta dalam upacara pemakaman orang yang bunuh diri itu. Jadi, putus asa, patah semangat, dan frustasi terhadap sakit dan penyakit yang parah sekalipun adalah menyimpang dari jiwa dan ajaran etika kedokteran Islam, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Sunah Nabi SAW.


Ada
beberapa hadis shahih yang menyatakan bahwa orang-orang yang datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk meminta pengobatan spiritual untuk penyakit kawan atau keluarga mereka. Nabi SAW tentu saja mendoakan mereka, namun itu dilakukan setelah beliau SAW menyarankan pengobatan dengan obat-obatan alami. Seringkali beliau SAW menyarankan agar pasien berkonsultasi kepada dokter terbaik di sekitar tempat tinggalnya. Suatu saat seorang wanita datang kepada Nabi SAW dengan membawa anaknya yang masih kecil dan sedang mengalami pendarahan karena infeksi saluran tenggorokan. Beliau SAW menyarankan pengobatan dengan ekstrak cendana dan kunyit semu. Dalam hadis yang serupa, salah seorang istri Nabi SAW mengeluhkan abses di jari-jari tangannya. Nabi SAW menyarankan pemakaian pacar belanda pada jari-jari tangan tersebut dan beliau memerintahkan sang istri untuk berdoa kepada Allah bagi kesembuhannya. Ada juga sebuah contoh ketika Nabi SAW sendiri disengat kalajengking. Beliau SAW segera meminta air panas yang diberi garam. Beliau SAW lalu menuangkan cairan panas itu pada jari-jari tangan beliau yang tersengat seraya membaca Al-Mu’awwidzatain (Surah Al-Falaq dan An-Nas). Contoh-contoh dan hadis-hadis ini menuntun kaum Muslimin untuk lebih percaya pada penggunaan obat secara rasional daripada mantra-mantra dan sihir. Pada beberapa kesempatan, Nabi SAW melarang umat Islam untuk bergantung pada metode penyembuhan supranatural.

Nabi Muhammad SAW diriwayatkan telah bersabda, “Jampi-jampi (mantra sihir) tidak lain adalah perbuatan setan.” Beliau SAW pernah meminta seseorang dari Bani Hazm untuk mengobati salah seorang sahabat yang tergigit ular berbisa. Nabi SAW diberitahu bahwa setelah beliau melarang penggunaan jampi-jampi, Bani Hazm meninggalkan praktik-praktik supranatural. Nabi SAW lalu memberi izin khusus untuk bantuan supranatural dengan bacaan yang memiliki makna dan pengertian yang benar (ruqyah dengan doa dan ayat—penj). Ini jelas menyiratkan bahwa praktik tersebut hanya diizinkan sebagai pengobatan psikologis ketika tidak ada obat medis yang tersedia. Walaupun di satu sisi Nabi SAW banyak memberikan saran yang cocok kepada umatnya tentang urusan duniawi, namun di sisi lain beliau SAW juga berusaha sebaik-baiknya untuk membangun rasa percaya diri umat agar mereka dapat berbuat menurut pengalaman dan pendapat mereka sendiri. Nabi SAW pernah bersabda, “Kapan saja aku memerintahkan kalian untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan agama, taatilah! Jika aku memberi perintah tentang suatu urusan duniawi, berbuatlah sesuai pengalamanmu sendiri dan ingatlah bahwa aku adalah manusia.


Beberapa tahun terakhir ini banyak buku tentang kedokteran Nabi telah diterbitkan, khususnya di India dan Pakistan. Penulis buku yang baru saja diterbitkan, Tibbe Nabvi Aur Jadid Science (Pengobatan Nabi dan Sains Modern), mengklaim bahwa pengobatan Nabi atas serangan jantung dengan memakan tujuh buah kurma, sebagaimana telah disarankan kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, lebih baik daripada pengobatan modern dengan operasi by-pass (by-pass surgery), asalkan percaya pada pengobatan Nabi. Penulis yang terpelajar itu gagal memahami bahwa ketika Nabi SAW menganjurkan Sa’ad bin Abi Waqqash untuk memakan kurma sebagai perawatan sementara, beliau SAW juga memerintahkannya untuk berobat kepada seorang dokter ahli, Harits bin Kalda. Sunah tentang pengobatan sebaiknya tidak begitu saja dianggap sebagai resep dokter. Dalam hal ini, pendapat Ibnu Khaldun (abad ke-14 M) sangat relevan dan realistis. Dia berkata, “Misi Nabi adalah untuk memperkenalkan kepada kita formula hukum Tuhan, bukan untuk memberi instruksi praktik pengobatan umum dalam kehidupan biasa,” (Muqqadimah). Menurutnya hadis yang sangat shahih sekalipun tidak dapat dipandang semata-mata sebagai resep medis yang wajib bagi para dokter. Namun, Ibnu Khaldun juga mengatakan, “Dengan keimanan yang tulus, seseorang dapat mengambil manfaat yang amat besar dari hadis-hadis itu meskipun bukan pengobatan medis murni.” Untuk mendukung pendapatnya ini, Ibnu Khaldun merujuk kepada contoh-contoh ketika Nabi SAW berusaha membangun rasa percaya diri umatnya dengan menyarankan untuk memutuskan sendiri urusan duniawi.


Pengobatan Nabi, pada kenyataannya, merupakan sebuah pesan unggul. Ia adalah pesan untuk selalu menjaga kesehatan jasmani dan ruhani serta percaya terhadap pengobatan baik fisik maupun spiritual. Ia adalah perintah kepada kita untuk berjuang keras menemukan obat dan pengobatan terbaru. Ia adalah peringatan bagi mereka yang menganggap penyakit sebagai semata-mata kehendak Tuhan yang tidak memerlukan pengobatan. Ia adalah peringatan bagi kita untuk menjauhkan diri dari pengobatan spiritual yang berdasarkan takhayul seperti sihir, mantra-mantra, dan jampi-jampi dukun, dan sebagainya. Islam adalah nama sebuah pergerakan massal dan perubahan radikal dalam setiap aspek kehidupan umat manusia, baik ruhani maupun jasmani, berdasarkan nalar akal yang sehat dan rasional. Kemajuan besar dalam ilmu kedokteran yang terjadi selama abad pertengahan adalah sebuah bagian penting revolusi Islam yang bersumber dari pengobatan Nabi.


Sumber: Farooqi, M. I. H. 2005.
Terapi Herbal Cara Islam. Jakarta: P.T. Mizan Publika