oleh Dinan. M
Pada saat masa kegelapan di Eropa, agama sangat mendominasi. Pada saat itu agama digunakan untuk memeras rakyat oleh para penguasa melalui gerejawan dan pemuka agama. Karena kehidupan pada masa itu sangat terpuruk, para kaum cendekiawan mulai berontak untuk memperoleh kebebasan. Akhirnya, agar kedua pihak tidak dirugikan, diambillah jalan tengah untuk memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya berlaku di tempat-tempat ibadah, sedangkan kehidupan diatur dengan peraturan yang dibuat manusia. Sejak saat itu, kebebasan individu sangat dijunjung tinggi, terutama dalam bidang ekonomi.
Setelah sekian lama sistem pemisahan tersebut berjalan, muncul gap yang sangat tinggi terutama dalam kesejahteraan masyarakat karena sistem ekonomi menitikberatkan pada individu. Masyarakat terbagi menjadi kaum borjuis dan kaum proletar (kaum kelas bawah). Karena gap yang sangat tinggi ini, pemikir-pemikir dari kaum proletar mulai berpikir tentang suatu sistem yang di dalamnya tidak ada kelas-kelas masyarakat. Inilah awal munculnya pemikiran tentang sosialisme.
Salah satu tokoh sosialisme adalah Karl Marx. Ia sebenarnya mengadopsi pemikiran tentang sosialisme dari Hegel. Walaupun Hegel memiliki pemikiran tentang sosialisme, ia masih mempercayai Tuhan. Akan tetapi, Marx hidup dalam masa di mana agama digunakan dengan sewenang-wenang sebagai alat penguasa, dan fakta bahwa agama hanya sebagai ritual saja. Oleh karena itu, versi sosialismenya mengkritik pemikiran Hegel akan agama. Ia mengatakan bahwa agama adalah candu bagi manusia, dan hanya melemahkan manusia. Ia juga berpendapat pikiran manusia sendirilah yang menciptakan agama. Marx sangat membenci keberadaan agama.
Sosialisme Marx muncul sebagai antitesis dari kapitalisme dan sebagai balas dendam kepada para penguasa kapitalisme. Saat itu, Marx melalui pemikirannya ingin mengubah keadaan masyarakat dari sisi politik dan ekonomi. Perpolitikan pada masa itu hanya dikuasai kaum borjuis karena ongkosnya sangat besar. Ia ingin politik menjadi milik bersama. Dari sisi ekonomi, ia ingin menghilangkan kepemilikan individu, dan tujuan inilah hal yang paling menonjol dari sosialisme.
Sosialisme dan komunisme menurut Marx sama saja, hanya penempatannya yang berbeda. Untuk menciptakan keadaan puncak di mana tidak ada lagi kelas dalam masyarakat, diperlukan fase sosialisme. Fungsi fase ini adalah mengkondisikan ide-ide sosialisme seperti contohnya dalam hal kepemilikan. Karena itulah masih dibutuhkan negara dalam fase ini, untuk menjaga ide-ide di masyarakat. Sedangkan keadaan puncak di mana sudah tidak ada kelas merupakan fase komunisme, pada fase ini sudah tidak dibutuhkan lagi adanya negara.
Dasar dari sosialisme adalah paham materialisme, yang menganggap segalanya berasal dari materi, akan kembali menjadi materi, dan kehidupan merupakan suatu siklus materi. Atas dasar ini lahirlah peraturan yang mengatur kehidupan yang tujuannya hanya materi. Karena awal dari segala sesuatu adalah materi, jelas pemikiran ini menolak mengakui keberadaan Tuhan dalam kehidupan. Hal ini sangat bertentangan dengan aqidah Islam yang dasarnya adalah mengakui keberadaan Allah swt. sebagai pencipta. Oleh karena itu, dalam kehidupan di dunia harus berdasarkan perintah Allah, dan tujuan hidup adalah keridhoan Allah semata. Karena itu pemikiran sosialisme tidak layak kita ambil, karena dari aqidah yang mendasarinya pun sudah batil, dan tentu saja pemikiran yang beraqidah batil akan menghasilkan sistem pengaturan kehidupan yang cacat.