Sunday, May 29, 2011

Diktif#3

Wanita karir

oleh Rd.Rini.K


“Apasih wanita karir itu?”, selama ini sering terdengar orang menganggap yang dimaksud wanita karir itu “wanita yang kerja kantoran”. Dan seakan-akan hanya “wanita karir” tadilah yang akhirnya ‘terpaksa’ menjadi ibu rumah tangga. Lebih-lebih lagi, ada yang menyatakan wanita yang bukan ‘wanita karir’ itu sendiri yang minder, dan mengatakan aku ‘cuma’ ibu rumah tangga biasa. Seolah-olah wanita yang hebat, pintar, cantik, kaya, keren, dsb tadi adalah wanita karir, dan sisanya yang tidak bisa apa-apa, atau strata pendidikannya masih rendah itu masuk kategori ‘ibu rumah tangga’.

Secara definisi, wanita karir bermakna adalah seorang wanita yang menjadikan karir atau pekerjaannya secara serius (mengalahkan sisi kehidupan yang lain). Dan saat ini, waita karir telah manjadi sebuah fenomena dibuktikan oleh data statistik BPS yang menunjukkan bahwa jumlah partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat signifikan setiap tahunnya. Selama Februari 2006 sampai Februari 2007 saja misalnya, jumlah pekerja perempuan bertambah 2,12 juta orang sedangkan jumlah pekerja laki-laki hanya bertambah 287 ribu orang.

Secara garis besar, alasan wanita mulai merambah pada dunia karir ada 2 hal, pertama adalah dorongan ekonomi dan alasan meraih prestise. Kondisi ekonomi mendorong wanita untuk bekerja, dan tak sedikit yang akhirnya waktu banyak terpakai untuk aktivitas pekerjaan. Namun kembali pada definisi, dikatakan bahwa karir adalah rangkaian sikap dan prilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Sehingga wanita berkarir merupakan kesempatan mengaktualisasikan diri, dan memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya dengan cara yang kreatif dan produktif untuk menghasilkan sesuatu yang dapat mendatangkan kebanggaaan terhadap dirinya. Alasan ini lebih cenderung pada alasan kedua, yakni untuk meraih prestise.

Kehidupan kaum muslimin saat ini tengah didominasi oleh ideologi kapitalisme. Tak terkecuali kehidupan sebagian perempuan telah dirasuki paham ini. Nilai segala sesuatu diukur dengan materi, kebahagiaan bermakna kelimpahan materi dan kebebasan individu begitu diagungkan (bahkan nilai agama dianggap salah apabila bertentangan dengan nilai kebebasan individu). Dengan standar nilai materi ini, peran ibu menjadi inferior karena dianggap tidak bernilai ekonomi.

Menyinggung tentang peran wanita di luar rumah, tak lepas dari wacana yang banyak digulirkan, yaitu emansipasi atau keadilan dan kesetaraan gender (KKG) yang diusung oleh kalangan feminis. “Menjadi ibu rumah tangga atau bergelutnya wanita dalam lingkup domestik merupakan kemunduran” adalah sekelumit citra yang kuat tertanam sebagai buah dari propaganda isu KKG. Dengan ini, para wanita pun terpacu untuk mengejar karir meski hanya untuk meraih simbol status. Padahal tanpa disadari, banyak hal yang mereka pertaruhkan di sini.

Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dimarjinalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya

Allah memberika posisi yang beragam pada laki-laki dan perempuan yaitu sebagai hamba Allah, anggota keluarga dan anggota masyarakat. Sebagai hamba Allah, Islam memandang laki-laki dan perempuan itu sama, yang membedakannya hanyalah ketakwaannya saja, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat : 13

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sebagai anggota masyarakat, wanita memiliki tugas menjadi anak, istri, dan ibu. Kewajiban utama perempuan setelah ia menikah adalah sebagai umm[un] wa rabbah al-bayt (ibu dan pengatur rumah tangga), kewajiban ini tidak bisa digantikan oleh orang lain. Keluarga adalah pondasi dan pendidikan utama dalam membentuk suatu generasi, dan disanalah pentingnya peran seorang ibu.

Allah SWT telah memberi kedudukan mulia bagi kaum wanita dengan menetapkan mereka menjadi seorang ibu dan pengatur rumah tangga. Itulah posisi terbaik bagi wanita, karena Allah Pencipta segenap makhluk sangat mengetahui apa yang terbaik bagi mereka. Karena peran perempuan ini menjadi penopang utama ketentraman dan ketenangan dalam keluarga. Dengan kesempurnaan peran perempuan sebagai ibu akan terlahir generasi pemimpin masa depan yang akan mengantarkan umat Islam menjadi terdepan.

Sebagai anggota masyarakat, wanita juga memiliki kewajiban untuk ikut terlibat dalam mengurusi ummat yang merupakan definisi politik dalam islam, yakni berkewajiban untuk menasehati dan mengoreksi penguasa, serta berkewajiban untuk terlibat dalam kelompok dakwah atau partai politik Bekerja bagi wanita adalah mubah, maka hendaklah laksanakan secara maksimal dahulu segala kewajiban sebelum merambah pada sesuatu yang mubah.

Sistem kehidupan kapitalis yang berlangsung saat ini tidak mendukung kaum wanita dan para ibu untuk menempati posisi dan menjalanan perannya yang sesungguhnya dengan baik sesuai dengan tuntunan syari’ah Allah SWT. Maka dari itu, agar kehidupan kaum wanita dan para ibu dapat menjalankan perannya dengan baik, maka setiap kaum muslim harus bersegera mewujudkan tegaknya Islam dan syari’ahnya di muka bumi ini sehingga masa depan generasi muda dan masyarakat seluruhnya juga menjadi baik sesuai dengan jalan keridhaan-Nya. Sehingga terwujudlah harmonisasi dalam kehidupan ini, dan dengan penerapan Islam secara kaffah akan terindera dengan sempurna bagaimana Islam adalah merupakan rahmatan lil a’lamiin.

0 comments: