Friday, June 18, 2010

Permasalahan Gaza: Bukan Sekedar Permasalahan Kemanusiaan

“Mereka (muslim) mendiami wilayah yang luas dan sumber daya alam yang kaya. Mereka mendominasi lalu lintas perjalanan dunia. Tanah mereka adalah pusat peradaban dan agama. Mereka memiliki satu keyakinan, satu bahasa, satu sejarah dan satu aspirasi. Tidak ada batas alam yang mampu memisahkan mereka, satu dari lainnya..kalau saja, bangsa mereka bisa tersatukan dalam satu negara, ia akan menggenggam nasib dunia dan memisahkan Eropa dari belahan dunia lainnya. Mengingat betapa pentingnya masalah ini, entitas asing perlu ditancapkan di jantung mereka agar mereka tidak akan pernah bisa bersatu dan menghabiskan energi mereka dalam peperangan yang tidak berkesudahan. Entitas itu juga bisa menjadi alat bagi Barat untuk mendapatkan apa yang sangat dia idam-idamkan.”
(Perdana Menteri Henry Bannerman dalam Laporan Campbell-Bannerman terbit di tahun 1907)

Insiden Mavi Marmara yang terjadi pada Senin lalu (31/5) –atas penyerangan militer Israel kepada relawan yang tergabung dalam rombongan Freedom Flotilla yang membawa misi bantuan kemanusiaan untuk rakyat Gaza– semakin membuka mata dunia bagaimana watak/karakter militer Israel yang sebenarnya. Setiap terjadi insiden yang berkaitan dengan Palestina dan Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung, setiap kali itu pula akan menuai kecaman, aksi protes, dan yang sejenisnya hampir di seluruh dunia. Tapi kecaman-kecaman dan aksi-aksi solidaritas ini akan hilang ditelan waktu, pada saat yang sama Israel tetap membombardir Palestina khususnya di jalur Gaza hingga hari ini.

Masihkah kita ingat penyerangan Israel terhadap Palestina pada akhir tahun 2008 silam? Sudah lupakah kita terhadap respon dunia atas penyerangan Israel terhadap Gaza yang menyebabkan syahidnya ribuan warga Gaza? Lupakah kita pada tindakan kecaman, pengusiran diplomat Israel di berbagai negara? Lupakah kita ketika Israel "menghentikan" serangannya atas Gaza yang dilanjutkan dengan perintah investigasi oleh sekjen PBB, Ban Ki-moon. Masih terekam apa yang dikatakan Ban Kin-moon saat itu,

"I have protested many times. I am today protesting again in the strongest terms. I have asked (for a) full investigation and (to) make those responsible people accountable,"

"I am just appalled. I am not able to describe how I am feeling. This was an outrageous and totally unacceptable attack against the United Nations."

Pernyataan Ban Ki-moon saat itu nyatanya tidak berefek apapun. Israel tetap saja "tidak tersentuh" oleh dunia. Israel layaknya sedang mempermainkan dunia! Dia bisa dengan sesuka hati menghabisi siapa pun yang ingin ia hancurkan tanpa perlu peduli dengan berbagai kecaman yang dilontarkan kepadanya. Hal ini tentu karena Israel sangat yakin bahwa tidak ada yang bisa menghentikan apapun yang ingin dilakukannya. Dunia seolah berjalan sesuai dengan skenario yang diinginkan Israel.

Begitupun dengan opini yang selalu beredar ketika terjadi tragedi di Palestina yaitu ‘permasalahan di Palestina adalah tragedi kemanusiaan, bukan permasalahan agama!’

Sekilas, mungkin pernyataan ini nampak benar adanya. Toh, yang menjadi korban –khususnya pada insiden Mavi Marmara - tidak hanya berasal dari Muslim, non-Muslim pun turut menjadi korban. Atau mereka yang mengecam dan mengutuk serangan Israel atas Palestina pun tidak hanya datang dari umat Islam, tetapi juga datang dari kalangan non-Muslim.

Mengapa opini yang digiring demikian? Apakah banyak yang menyadari pernyataan tersebut memiliki konsekuensi tertentu? Apa masalahnya ketika kita mengangkat permasalahan di Palestina sebagai isu keagamaan bukan semata-mata isu kemanusiaan?

Indonesia sebagai negeri dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, tentunya tidak asing dengan istilah jihad yang bermakna perang (walaupun makna ini semakin hari perlahan-lahan digeser sekedar "bersungguh-sungguh" dan meninggalkan makna syara nya yang berarti perang). Serangan Israel pada akhir tahun 2008 lalu saja cukup menggambarkan potensi yang dimiliki kaum muslim. Seruan jihad (perang) melawan Istael menggaung di seluruh penjuru dunia. Coba bayangkan jika seluruh pemimpin dunia (negeri-negeri kaum muslim) menggerakkan seluruh pasukannya baik sipil maupun militer untuk melawan Israel?! Apakah Israel dapat memenangkan peperangan? Apakah Israel masih berani untuk menggunakan senjatanya untuk menyerang Gaza? Masihkah Israel berani memblokade Gaza? Pikirkanlah dengan akal sehat! Dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh negeri-negeri muslim, Israel pasti akan kalah telak! Lalu kini apa yang dilakukan oleh penguasa-penguasa di negeri-negeri muslim? Tidak lain mereka hanya menyimpan tentara-tentara mereka layaknya pajangan yang digunakan hanya ketika ada upacara kenegaraan! Masihkah mereka layak disebut tentara?!

Sungguh sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pemimpin kaum muslimin yang sesungguhnya! Pada masa pemerintahan khalifah Al-Mu’tashim, ketika seorang wanita di kota Ammuriah (letaknya antara Iraq dan wilayah Syam) yang dinodai kehormatannya oleh seorang pembesar Romawi, ia kemudian berteriak : " dimana engkau wahai Mu’tashim?" Maka tak lama setelah berita teriakan wanita itu sampai ke telinga khalifah, ia segera memberikan bantuan dengan mengerahkan pasukan kaum muslimin yang ujung barisannya berada di kota Ammuriah, sedangkan ekornya berada di kota Baghad Iraq. Kehormatan seorang wanita saja begitu dijaga oleh seorang khalifah! Lalu kini bagaimana dengan Gaza?! Korban disana tidak hanya satu, tapi ratusan ribu! Konflik pun berlangsung bukan hanya saat ini, tapi telah berlangsung puluhan tahun! Dengan skenario dunia yang terus berulang seperti ini, mungkinkah konflik di Palestina dapat berakhir?!

Mengalihkan isu konflik Palestina sekedar sebagai konflik kemanusiaan hanya melanggengkan konflik itu sendiri. Wahai kaum muslimin tidakkah kalian sadar atas potensi yang kalian miliki?! Bahkan pada tahun 1907, perdana menteri Inggris, Henry Bannerman telah menyatakan "...kalau saja, bangsa mereka bisa tersatukan dalam satu negara, ia akan menggenggam nasib dunia..."

Apa yang dapat menyatukan kaum muslimin dalam satu naungan negara jika bukan daulah khilafah islam di bawah kepemimpinan seorang khalifah? Menggiring isu Palestina sama saja dengan membawa isu ini menuju persatuan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Apakah ada pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan ini terjadi hingga isu kemanusiaan lebih ditonjolkan dibandingkan isu agama? What do you think?

0 comments: