Peradaban Islam di era keemasan selalu tampil sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah mencatat, para ilmuwan Muslim telah sukses membidani lahirnya lembaga pendidikan tinggi bernama universitas (jami'ah). Ketika 'rahim' peradaban Islam melahirkan universitas, tak ada satu pun peradaban di muka bumi yang mengenal sistem pendidikan tinggi.
Universitas alias jami'ah pertama yang lahir dari rahim peradaban Islam adalah Universitas Al-Qarawiyyin (Jami'ah Al-Qarawiyyin). Perguruan tinggi yang berada di kota Fez, Maroko itu didirikan pada tahun 859 M. Tak heran, jika Guinness Book of World Records pada tahun 1998 menempatkan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai perguruan tinggi tertua dan pertama di seantero jagad yang menawarkan gelar kesarjanaan.
Majalah Time edisi 24 Oktober 1960 secara menarik menuliskan kisah berdirinya Universitas Al-Qarawiyyin dalam tulisan berjudul Renaissance in Fez. Syahdan, di awal abad ke-9 M, ketika Fez masih seperti sebuah dusun, sang penguasa wilayah itu berdoa sembari menangis. ''Ya Allah, jadikanlah kota ini sebagai pusat hukum dan ilmu pengetahuan, tempat di mana kitab suciMu, Alquran akan dipelajari dan dikaji.''
Doa sang penguasa itu akhirnya dikabulkan. Fatimah Al-Fihri, puteri seorang saudagar kaya-raya bernama Muhammad Al-Fihri akhirnya mewujudkan impian sang penguasa Fez itu. Fatimah dan saudaranya Mariam adalah dua perempuan terdidik yang mewarisi harta yang melimpah dari sang ayah. Fatimah lalu menggunakan harta warisannya itu untuk membangun sebuah masjid.
Cikal bakal Universitas Al-Qarawiyyin pertama di muka bumi itu bermula dari aktivitas diskusi yang digelar masjid itu. Komunitas Qairawaniyyin masyarakat pendatang yang berasal dari Qairawan, Tunisia di kota Fez menggelar diskusi itu di emper Masjid Al-Qarawiyyin. Laiknya masjid yang lain, Al-Qarawiyyin tak sekadar berfungsi sebagai tempat beribadah belaka.
Umat Islam di kota Fez pada abad ke-9 M juga menjadikannya sebagai tempat untuk membahas perkembangan politik. Lambat-laun materi yang diajarkan dan dibahas dalam ajang diskusi itu berkembang mencakup berbagai bidang, tak cuma mengkaji Alquran dan Fikih saja.
Wacana yang dibahas dalam diskusi di emper Masjid Al-Qarawiyyin itu pun meluas hingga mengkaji tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, geografi, hingga musik. Beragam topik yang disajikan dengan berkualitas oleh para ilmuwan terkemuka akhirnya mampu membetot perhatian para pelajar dari berbagai belahan dunia.
Sejak itulah, aktivitas keilmuan di Masjid Al-Qarawiyyin berubah menjadi kegiatan keilmuan bertaraf perguruan tinggi. Jumlah pendaftar yang berminat untuk menimba ilmu di universitas itu begitu meluber. Sehingga, pihak universitas menerapkan sistem seleksi yang ketat bagi para calon mahasiswanya. Seorang calon mahasiswa harus selesai mempelajari seluruh Alquran serta menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmu umum.
Dari masa ke masa, Universitas Al-Qarawiyyin selalu mendapat perhatian dari para sultan yang berkuasa. Para sultan tak pernah lupa untuk menyokong kegiatan keilmuan yang dilakukan universitas itu. Tak heran, bila subsidi serta dana kas negara secara khusus dialokasikan untuk menopang kegiatan akademik. Selain bantuan dana, para sultan juga menyuplai buku untuk universitas itu.
Universitas tertua di dunia itu tercatat berhasil mengumpulkan sejumlah risalah penting dari berbagai disiplin ilmu. Kompilasi manuskrip penting itu disimpan di perpustakaan yang didirikan oleh Sultan Abu-Annan, penguasa Dinasti Marinid. Beberapa risalah penting yang tersimpan di perpustakaan itu antara lain; 'Mutta of Malik', ditulis tahun 795 M; Sirat Ibn Ishaq, ditulis tahun 883 M, salinan kitab suci Alquran yang dihadiahkan Sultan Ahmed Al-Mansur Al-Dhahabi kepada universitas tahun 1602.
Selain itu, perpustakaan itu juga menyimpan salinan asli buku karya Ibnu Khaldun berjudul 'Al-'Ibar'. Ilmuwan Muslim terkemuka itu menghadiahkan buku yang ditulisnya itu kepada perpustakaan itu tahun 1396 M. Selama 12 abad lamanya, Universitas Al-Qarawiyyin telah menjelma menjadi pusat studi ilmu pengetahuan dan spiritual terkemuka dan penting di dunia Islam.
Universitas Al-Qarawiyyin tercatat sebagai salah satu perguruan tinggi yang paling prestisius di abad pertengahan. Sebagai kawah candra dimuka bagi para ilmuwan, universitas ini telah meluluskan sederet sarjana dan ilmuwan Muslim terkemuka, seperti Abu Abullah Al-Sati, Abu Al-Abbas al-Zwawi, Ibnu Rashid Al-Sabti (wafat 1321 M), Ibnu Al-Haj Al-Fasi ( wafat 1336 M) serta Abu Madhab Al-Fasi - yang memimpin generasinya dalam mempelajari faham Maliki.
Peradaban Barat tampaknya turut berutang budi kepada Universitas Al-Qarawiyyin. Betapa tidak, di abad pertengahan perguruan tinggi yang terletak di kota Fez itu memegang peranan penting dalam pertukaran kebudayaan dan transfer pengetahuan dari dunia Muslim ke Eropa. Transfer pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang di Universitas Al-Qarawiyyin ke Eropa itu dilakukan melalui sejumlah ilmuwan Muslim yang mengajar atau belajar di kota Fez.
Para ilmuwan itu antara lain; filosof dan ahli agama Yahudi, Ibnu Maimun (1135 M - 1204 M) yang dididik oleh Abdul Arab Ibnu Muwashah di Al-Qarawiyyin; Geografer dan kartografer (pembuat peta) Al-Idrissi (wafat 1166 M) juga pernah bekerja serta belajar di universitas ini. Selain itu, sejumlah ilmuwan Muslim lainnya yang juga sempat mengajar di perguruan tinggi pertama di dunia itu antara lain; Ibn Al-'Arabi (1165-1240), Ibnu Khaldun (1332-1395), Ibnu Al-Khatib, Alpetragius, Al-Bitruji, dan Ibnu Harazim.
Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II, turut menjadi saksi keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin. Sebelum menjadi Paus, Gerbert of Aurillac (930 M - 1003 M) sempat menimba ilmu di universitas favorit dan terkemuka ini. Aurillac mempelajari matematika dan kemudian memperkenalkan penggunaan nol dan angka Arab ke Eropa. Pada tahun 1540 M, ilmuwan Belgia, Nichola Louvain pun tercatat sempat belajar bahasa Arab di Universitas Al-Qarawiyyin.
Selain itu, sejarawan Muslim bernama Joannes Leo Africanus juga sempat belajar di Universitas Al-Qarawiyyin. Hingga kini, universitas ini tetap mendidik dan mencetak para sarjana dari berbagai bidang. Sumbangan yang diberikan universitas ini bagi pengembangan ilmu agama Islam serta dunia ilmu pengetahuan begitu besar.
Obor Renaisans dari Kota Fez
Universitas Al-Qarawiyyin secara tak langsung memiliki peran penting dalam proses Renaisans yang terjadi dalam peradaban Barat di abad ke-15 M. Melalui kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang ditransfer para ilmuwan Muslim yang belajar atau yang mengajar di universitas tertua ini, masyarakat Eropa mulai tercerahkan. Eropa pun membebaskan dirinya dari kungkungan 'kegelapan'.
Tak heran, bila Majalah Time edisi 24 Oktober 1960 menabalkan Universitas Al-Qarawiyyan sebagai obor Renaisans di Fez, Maroko. Pemimpin tertinggi agama Katolik bernama Paus Sylvester II bahkan pernah menimba ilmu di universitas itu. Ia belajar matematika di universitas itu dan kemudian mengajarkannya pada murid-muridnya di Eropa.
Selain itu, banyak pula tokoh penggerak Renaisans di Barat yang terpengaruh dengan ilmuwan Muslim yang mengajar di Universitas Al-Qarawiyyan. Kehadiran universitas di dunia Muslim pun turut memicu berdirinya perguruan tinggi di Eropa. Bila dunia Islam telah memiliki universitas di abad ke-9 M, masyarakat Barat baru mengenal sistem pendidikan tinggi pada abad ke-11 M.
Perguruan tinggi pertama yang didirikan oleh peradaban Barat adalah Universitas Bologna di Italia. Universitas itu didirikan pada tahun 1088 M. Sejatinya, Universitas Balermo bukanlah pergurun tinggi pertama yang berdiri di tanah Eropa. Ketika Islam menguasai Sicilia - wilayah selatan Italia - di Palermo telah berdiri universitas Islam terkemuka yakni Universitas Balerm atau Palermo.
Hal itu sesuai dengan catatan perjalanan penjelajah Muslim terkemuka Ibnu Hawqal. Dalam catatan perjalanannya berjudul Al-Masalik wal MamlikI menuturkan, pada tahun 972 M di wilayah Italia Selatan itu telah berdiri Universitas Palermo. Selain itu, di Cordoba, Spanyol juga peradaban Islam pada era kepemimpinan Khalifah Abdurrahman III yang berkuasa pada tahun 929 M - 961 M juga telah mendirikan Universitas Cordoba di daratan Eropa.
Universitas lainnya mulai muncul di negara lain di Eropa, seperti Inggris dan Prancis mulai abad ke-12 M. Universitas Al-Qarawiyyin sebagai perguruan tinggi tertua di dunia selalu disebut sebagai lembaga pencerahan. Namun, Lyautey, seorang Jenderal Prancis yang memimpin pasukan di Maroko pada era kolonial menyebut Al-Qarawiyyin sebagai the Dark House (Rumah Kegelapan). ''Sebuah komentar dari orang yang tak menghormati peradaban,'' ungkap para sejarawan.
Universitas-Universitas di awal Peradaban Islam
- 859 M: Universitas Al-Qarawiyyin berdiri di kota Fez, Maroko. Inilah universitas tertua di dunia menurut Guinness Book of World Records.
- 975 M: Universitas Al-Azhar berdiri di Kairo, Mesir. Pada awalnya, universitas ini mengajarkan ilmu agama, hukum, tata bahasa, filsafat dan logika.
- 1233 M: Universitas Mustansiriya didirikan Khalifah Al-Mustansir penguasa Dinasti Abbasiyah. Pada tahun 1962 bergabung dengan Universitas Baghdad. Setahun kemudian kembali ke nama semula.
- 1327 M: Nun jauh di Timbuktu, Mali berdiri Universitas Sankore yang didirikan Kankan Musa.
- 1453 M: Ketika Kerajaan Ottoman berkuasa, di Istanbul berdiri Universitas Istanbul. Awalnya merupakan sekolah tingi filsafat dan ilmu agama. Kini, telah menjadi universitas sains dan seni terkemuka di Turki.
- 1088 M: Berdiri Universitas Bologna di Italia.
- 1150 M: Berdiri Universitas Paris, di Prancis.
- 1167 M: Berdiri Universitas Oxford di Inggris.(rpb)
sumber: suara media
0 comments:
Post a Comment