Sunday, September 11, 2011

Materi 1 Lingkar Kajian

Chapter 1 Alhamdulillah Aku Masuk ITB

ITB, Institut Teknologi Bandung… Sebuah kampus yang namanya sangat tersohor seantero wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia. Bahkan tidak hanya untuk Indonesia, dunia internasional pun mengakui keberadaannya. Banyak orang tua yang berharap anaknya bisa mengenyam pendidikan di kampus ini. Para pelajar pun tidak sedikit yang ingin menjadi bagian dari keluarga besar ITB. Layaknya teori ekonomi, semakin banyak peminat sedangkan barang tersedia dalam jumlah terbatas maka nilai jualnya pun meningkat. Inilah ITB, kampus yang hanya membukakan pintunya untuk para pelajar terpilih, mereka adalah tunas-tunas terbaik bangsa yang berasal dari seluruh penjuru negeri yang terseleksi dengan ketat, hanya yang terbaik dari yang terbaik yang bisa menyandang predikat “MAHASISWA ITB”. Maka bukanlah hal yang aneh jika setiap kali masa penerimaan mahasiswa baru tiba, spanduk bertuliskan “SELAMAT DATANG PUTRA PUTRI TERBAIK BANGSA” selalu terpampang menyambut para calon pemimpin baru negeri ini.

Sebuah Kilas Balik
Sejarah ITB nyaris seusia dengan republik ini, bahkan mungkin jauh lebih tua. Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia. Pada tahun 1920, ITB berdiri dengan nama Technische Hogeschool (TH), sekolah ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan Belanda akan SDM untuk perusahaan-perusahaan Belanda. Seiring dengan dikumandangkannya kemerdekaan Republik Indonesia, maka TH pun bertransformasi menjadi Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2 Maret 1959 dan terus bertransformasi menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintahan yang memegang status quo. Sebagaimana ITB yang dinamis, kemahasiswaan yang ada di dalamnya pun tidak kalah dinamis dalam bertranformasi hingga mampu memberikan warna dalam sejarah republik ini. Tahun 1945, ketika ITB bernama Sekolah Tinggi Teknik Bandoeng para mahasiswa STTB pun turut melakukan perjuangan heroik dalam upaya merebut kemerdekaan. Nama-nama mahasiswa yang gugur diabadikan pada tugu ganesha (tugu dengan metal berbentuk kubik antara gerbang selatan ITB dan taman ganesha). Tahun 1966, terlibat dalam perjuangan TRITURA, bersama rakyat juga berperan dalam upaya pembersihan PKI. Selama pemerintahan orba, mahasiswa juga turut mengawal pemerintahan. Seiring dengan pemerintahan Soeharto yang represif,para mahasiswa berkali-kali menunjukkan kritikan mereka yang sangat tajam terhadap pemerintah. Pada tahun 1978, Keluarga Mahasiswa ITB menyusun Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978. Buku Putih diluncurkan pada aksi mahasiswa ITB, 16 Januari 1978 di lapangan basket dan dihadiri 2000 mahasiswa. Aksi ini diakhiri dengan pernyataan sikap “Tidak Mempercayai dan Tidak Menghendaki Soeharto Kembali Menjadi Presiden RI, KM ITB”. Spanduk bertuliskan pernyataan mahasiswa ini dipasang di depan Gerbang Ganesha. Para mahasiswa pun sempat mengalami friksi dengan kalangan militer yang berujung pada pendudukan kampus oleh militer. Benturan antara mahasiswa dan pemerintah semakin menguat. Berbagai tuntutan yang diajukan mahasiswa berhasil mengguncang pemerintah. Banyak aktivis yang ditangkap dan dipenjara. Dimulailah babak baru normalisasi kehidupan kampus pada tahun 1978 yang ditandai dengan pemberian skors dan pelarangan mahasiswa lama untuk berkuliah dan hanya mengizinkan mahasiswa angkatan 78 yang berkuliah. Masa ajaran pun diubah dari Januari-Desember menjadi Juni-Juli serta dilakukan pembubaran dewan mahasiswa. Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa memiliki peranan yang besar dalam kehidupan bernegara. ITB khususnya telah menjadi institusi yang melahirkan generasi-generasi yang mewarnai kehidupan NKRI.

Kini Saatnya Kita Bercermin!
Kini, kita perlu merefleksikan diri. apa yang akan kita lakukan setelah ini? Sadarkah kita, berhasil menjadi salah satu mahasiswa ITB merupakan salah satu nikmat yang Allah swt anugerahkan kepada kita? Apakah kita berani menyombongkan diri dengan mengatakan bahwasanya keberhasilan kita saat ini murni karena usaha dan kerja keras kita sendiri? Kita pun tidak dapat menafikan begitu banyak pelajar lain yang telah berusaha dengan begitu kerasnya agar dapat menjadi bagian dari institut terbaik di Indonesia ini, tetapi belum juga berhasil. Lalu adakah alasan bagi kita untuk tidak bersyukur?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman [55]: 13)

Bagaimana Wujud Syukur Itu?
Bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur nikmat, sejatinya adalah orang-orang sombong yang pantas dimasukkan ke nerakanya Allah swt. Allah swt telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya. Allah swt berfirman
Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu. (QS. Al-Baqarah[2]: 152)

Ali Ashshabuni dalam Shafwaat al-Tafaasir menyatakan,
Ingatlah kalian kepadaKu dengan ibadah dan taat, niscaya Aku akan mengingat kalian dengan cara memberi pahala dan ampunan.
sedangkan firman Allah swt,
bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu,
bermakna:
Bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu dan jangan mengingkarinya dengan melakukan dosa dan maksiyat.

Telah diriwayatkan bahwa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya, “Ya Rabb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau?” Rabbnya menjawab, “Ingatlah Aku dan janganlah kamu lupakan Aku. Jika kamu mengingat Aku sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku, kamu telah mengingkari nikmatKu.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir I/142)

Di ayat yang lain Allah swt menyatakan, artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172)

Ulama-ulama tafsir menafsirkan ayat ini dengan “jika kalian benar-benar menyembah kepadaNya, bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmatNya yang tidak bisa dihitung itu dengan ibadah dan janganlah menyembah selain diriNya.”

Imam Ibnu Katsir menyatakan bahwa syukur harus direfleksikan dengan cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah swt dan meninggalkan maksiyat. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Imam Ali Al-Shabuni. Ibadah dan taat kepada Allah swt serta meninggalkan larangan-larangan Allah merupakan perwujudan rasa syukur yang sebenarnya. Seorang yang selalu taat kepada Allah swt, menjalan seluruh aturan-aturanNya dan sunnah Nabinya pada hakekatnya ia adalah orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah swt. Sebaliknya, setiap orang yang menampik dan menolak dengan keras syari‘at Islam, tunduk dan patuh kepada aturan-aturan kufur, termasuk orang-orang yang ingkar terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Allah swt telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa, orang-orang yang mau bersyukur atas nikmat yang diberikanNya sangatlah sedikit. Kebanyakan manusia ingkar terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Allah swt berfirman, artinya:
Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.(QS. Yunus [10]: 60)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sedangkan mereka beribu-ribu jumlahnya karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. Al-Baqarah [2]: 243)

Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa, kebanyakan manusia tidak mau bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Tatkala mendapatkan kenikmatan mereka sering melupakan Allah swt. Akan tetapi, tatkala mendapatkan kesusahan mereka mereka ingat dan bersyukur kepada Allah. Namun, setelah terlepas dari penderitaan mereka kembali ingkar kepada Allah swt. Allah telah menyatakan dengan sangat jelas
Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencara di darat dan di laut yang kamu berdo‘a kepadaNya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): “Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukanNya. (QS. Al-An‘aam [6]: 63-64)

Ketika manusia ditimpa dengan berbagai macam kesusahan mereka segara berdoa dan berjanji untuk bersyukur kepada Allah jika bencana itu dilepaskan dari mereka. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari bencana mereka lupa bersyukur bahkan kembali mempersekutukan Allah swt. Betapa banyak orang menangis, meratap dan merengek-rengek meminta kepada Allah swt agar dihindarkan dari kesusahan hidup; mulai kelaparan, kekeringan, bencana alam dan lain-lain. Mereka rela berpayah-payah memohon kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari kesusahan mereka kembali menerapkan aturan-aturan kufur, bahkan menandingi aturan-aturan Allah swt. Bukankah hal ini termasuk telah menyekutukan Allah swt? Bukankah refleksi syukur sebenarnya harus diwujudkan dalam bentuk menerapkan syari‘at Islam dan selalu berdzikir kepada Allah swt?

Karena Kita Bukanlah Mahasiswa Biasa, Lakukanlah Hal yang Luar Biasa!
Seperti sudah disinggung dalam pembahasan sebelumnya, menjadi bagian dari keluarga besar ITB merupakan salah satu nikmat yang Allah berikan bagi kita dan tentunya kita perlu menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah dengan semakin meningkatkan ketaatan kepadaNya.
Islam berhasil mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang mampu menaklukan imperium Romawi dan Persia. Jika bukan karena cahaya Islam, tidak mungkin masyarakat Arab saat itu mencapai kegemilangan. Sejarah juga telah membuktikan begitu banyak ilmuwan-ilmuwan yang telah dilahirkan Islam ketika Barat berada dalam Masa Kegelapan. Hal yang menarik adalah ilmuwan-ilmuwan ini tidak hanya cerdas dalam urusan ilmu-ilmu teknis keduniaan, tetapi juga mereka adalah para penghafal Al-Quran, ahli hadits, dan ahli fiqih, suatu fenomena yang sangat jarang kita temui saat ini ketika banyak diantara kita yang memisahkan antara urusan dunia dan akhirat.

Di kampus ini, di kampus yang para mahasiswanya selalu ingin menjadi yang terbaik, ketika persaingan begitu ketat, ingatlah satu pesan dari junjungan kita, nabi besar Muhammad saw,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ, أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ
"Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara." (HR. Bukhari no. 6416 )

Ath Thibiy mengatakan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memisalkan orang yang hidup di dunia ini dengan orang asing (al ghorib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan lebih lagi yaitu memisalkan dengan pengembara. Orang asing dapat tinggal di negeri asing. Hal ini berbeda dengan seorang pengembara yang bermaksud menuju negeri yang jauh, di kanan kirinya terdapat lembah-lembah, akan ditemui tempat yang membinasakan, dia akan melewati padang pasir yang menyengsarakan dan juga terdapat perampok. Orang seperti ini tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar sekali, sekejap mata." (Dinukil dari Fathul Bariy, 18 /224 )

Dari Ibnu ‘Umar RA ia berkata :
Saya datang kepada Nabi SAW, kami serombongan sebanyak sepuluh orang. Kemudian ada seorang laki-laki Anshar bertanya, “Wahai Nabiyallah, siapa orang yang paling cerdas dan paling teguh diantara manusia ?”. Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling banyak mengingat mati diantara mereka dan orang yang paling banyak mempersiapkan bekal untuk mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemulyaan dunia dan kemulyaan akhirat” (HR. Thabrani di dalam Ash-Shaghir)

Teringat sebuah pesan, “Berusahalah engkau di dunia, seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan Beribadahlah engkau, seolah-olah engkau akan mati esok.”

Maka… sesibuk apapun kita beraktivitas di kampus ini… jangan sampai membuat kita melupakan agama kita. Teruslah menggali ilmu Islam sebagai bekal kita kembali kepadaNya…

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah Ta’ala kepadanya jalan ke surga” (Dari Abu Hurairah HR Muslim).

Abu Dzar R.A menyampaikan bahwa Rasulullah SAW berkata: “Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari Ilmu adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus rakaat” (HR Ibnu Abdul-Birri).

This Dunya (World) Is Like A Shadow, Run After It And You Will Never Be Able To Catch It, Turn Your Back Against It And It Has No Choice But To Follow You [Ibn Al-Qayyim]


wallahu'alam bi ash-shawab

1 comments:

Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu