Diary HATI edisi 14
Gaza Bersimbah Darah : Luka Kaum Muslim, Duka Dunia
Serangan militer Israel terhadap Gaza yang dimulai sejak 27 Desember 2008 lalu kini telah mengakibatkan korban tewas sekitar 900-an orang dan ribuan orang luka-luka. Sudah dua pekan Israel melakukan penyerangan, namun belum juga menunjukkan tanda-tanda berhenti. Bahkan Israel menyebarkan selebaran di tengah-tengah penduduk Gaza yang mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan serangan yang lebih besar. Gambar mayat warga sipil bergelimpangan, wajah korban anak-anak yang tak berdosa, dan tangisan warga palestina menjadi santapan kita setiap harinya. Kecaman disampaikan oleh berbagai kalangan di seluruh belahan dunia terhadap aksi Israel ini. Pemimpin-pemimpin dunia pun tak lupa menyampaikan kecaman. Hanya kecaman. But… does it work?
Kembali Melihat Sejarah Konflik Israel Palestina
Palestina, sebelum ditaklukan oleh khalifah Umar Ibnu Khaththab pada tahun 637 M berada di bawah kekuasaan imperium Romawi (Byzantium) yang menjadikan Yerusalem sebagai kota Nasrani. Pada akhir abad kesebelas, kekuatan penakluk lain dari Eropa memasuki daerah ini dan merampas tanah beradab Yerusalem dengan tindakan tak berperikemanusiaan dan kekejaman yang belum pernah terlihat sebelumnya. Para penyerang ini adalah Tentara Perang Salib. Akan tetapi, dalam perang Hattin, Salahuddin kembali membebaskan Yerusalem dari tentara Perang Salib.
Pada akhir abad ke-19, Theodore Hertzl membawa zionisme sebagai agenda dunia. Gerakan zionis ini menekankan pentingnya bagi ras Yahudi untuk membangun tanah air mereka sendiri. Pada tahun 1917, akibat kampanye persuasifnya, Inggris mengumumkan Deklarasi Balfour bahwa "Pemerintahan Yang Mulia memandang pentingnya pendirian di Palestina sebuah tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi… di Palestina."
Salah satu, propaganda yang dilakukan oleh Zionis adalah semboyan "sebuah tanah tanpa manusia untuk seorang manusia tanpa tanah." Dengan kata lain, Palestina, "tanah tanpa manusia" harus diberikan kepada orang-orang Yahudi, "manusia tanpa tanah." Padahal, ketika gerakan Zionis dimulai, orang-orang Yahudi tidaklah "tanpa tanah" dan Palestina pun bukannya tanpa manusia. Rabbi Hirsch, salah satu pemimpin keagamaan terkemuka saat itu berkata, "Zionisme ingin menamai orang-orang Yahudi sebagai sebuah lembaga nasional…. yang merupakan sebuah penyimpangan."
Pada tahun 1897, Theodore Hertzl dalam kongres Zionis dunia pertamanya mengatakan, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi!” Apa yang mereka lakukan untuk merealisasikan mimpinya? Maka Illan Pape, sejarawan Israel, memaparkan bagaimana cara yang dilakukan teroris Zionis-Yahudi untuk mengusir bangsa Palestina dari rumah dan kampung mereka di tahun 1948. “Salah satu cara orang-orang Yahudi untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah dan kampungnya adalah dengan mengepung desa mereka dari tiga arah. Satu arah dibiarkan terbuka. Setelah dari tiga sisi dikepung, orang-orang Yahudi yang bersenjata itu menembaki orang-orang Palestina, siapa saja. Tujuannya adalah untuk menimbulkan ketakutan sehingga mereka, orang-orang Palestina itu, keluar dari rumah-rumah mereka dan meninggalkan kampung mereka. Cara-cara ini biasa dilakukan pada malam hari tatkala orang-orang Palestina tengah terlelap sehingga ketika mereka berlari meninggalkan rumahnya, mereka tidak membawa bekal apa pun. Setelah desa berhasil dikosongkan, maka orang-orang Yahudi itu saat itu juga menduduki wilayah tersebut dan mengklaim tanah itu sebagai tanah milik orang Yahudi. The Homeland.”
Sampai Kapan Palestina Bersimbah Darah?
Jumat pagi, 9 Januari 2009 DK PBB akhirnya mengeluarkan resolusi gencatan senjata. Akan tetapi, Israel tetap melakukan agresinya. Sebelumnya, Pemerintahan Dunia menekan Israel untuk menghentikan serangannya selama tiga jam agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza. Lagi-lagi kesepakatan yang dibuatnya kembali dilanggar. Wilayah pengungsian di bawah naungan PBB pun tak lepas dari serangannya. Dan seperti biasanya, Israel kembali mengambinghitamkan HAMAS. Israel mengatakan HAMAS menggunakan warga sipil sebagai tameng. Akan tetapi, ini sama sekali tidak benar! Berkali-kali Israel mengatakan penyerangan dilakukan terhadap HAMAS, tapi berkali-kali pula serangan mereka diarahkan ke tempat-tempat hunian warga sipil. Melihat banyaknya korban di pihak warga sipil, sampai-sampai seorang paramedis di Gaza mengatakan, “target Israel bukanlah HAMAS, tetapi GAZA!”
Coba kita renungkan sejenak, jika Anda memiliki Rp 10 juta di dalam dompet Anda kemudian seseorang datang mengambilnya. Terjadilah keributan, pencuri itu keras kepala mengakui dompet itu miliknya, sedangkan Anda juga bersikukuh mempertahankan hak Anda Tiba-tiba datang seorang tentara yang hendak melerai perselisihan, akhirnya menyarankan agar membagi dua isi dompet kita. Apakah Anda mau membaginya?
Itulah yang terjadi di Palestina! Dan PBB hadir untuk membagi wilayah itu menjadi dua, wilayah Palestina dan Israel. Sudah sangat nyata, permasalahan di Palestina selama bertahun-tahun disebabkan keberadaan Israel di Negeri itu. Yahudi-Zionis memang menginginkan terwujudnya Israel Raya, serangan-serangan yang dilancarkannya memang ditujukan untuk menghapuskan wilayah Palestina dari muka bumi.
Selama Palestina berada di bawah naungan kekhilafahan Utsmani dulu, negeri ini merupakan negeri dimana tiga agama (Islam, Nasrani, dan Yahudi) bisa hidup dengan damai. Lalu kedamaian ini berubah menjadi tragedi, ketika gerakan Zionis mulai melakukan aksinya. Di bawah kekhalifahan Utsmani, Zionis mendapat kesulitan besar untuk menduduki Palestina. Berbagai cara mereka lakukan. Salah satu tokoh Zionis saat itu, Theodore Herzl membujuk khalifah Abdul Hamid agar mengizinkan kedatangan imigran Yahudi ke Palestina dengan harta bermilyaran (diantaranya 150 juta poundsterling untuk khalifah pribadi juga pelunasan hutang kekhilafahan sebesar 33 juta poundsterling). Akan tetapi, simaklah apa yang disampaikan oleh khalifah
“Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina. Sebab ini bukan milik pribadiku, tetapi milik rakyat. Rakyatku telah berjuang untuk memperolehnya sehingga mereka siram dengah darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang milyaran itu. Bila pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, (meskipun) tubuhku terpotong-potong adalah lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari Pemerintahanku.” Kata Sultan Abdul Hamid II yang ditujukan kepada Theodore Herzl.
Kini perkataan sultan Abdul Hamid menjadi kenyataan. Semenjak hancurnya Daulah Khilafah Islamiyah, Yahudi Zionis berhasil menguasai Palestina lewat bantuan Inggris dan AS. Penguasaan Yahudi-Zionis atas Palestina tidak terlepas dari peran Inggris yang memberikan tanah Palestina pada Yahudi-Zionis lewat Deklarasi Balfour. Sedangkan Amerika, selalu melindungi Israel atas agresi yang dilakukannya terhadap Palestina lewat hak veto AS di PBB, sehingga walaupun Israel melanggar hukum internasional, Israel tetap tidak mendapat tindakan.
“Mereka (muslim) mendiami wilayah yang luas dan sumber daya alam yang kaya. Mereka mendominasi lalu lintas perjalanan dunia. Tanah mereka adalah pusat peradaban dan agama. Mereka memiliki satu keyakinan, satu bahasa, satu sejarah dan satu aspirasi. Tidak ada batas alam yang mampu memisahkan mereka, satu dari lainnya..kalau saja, bangsa mereka bisa tersatukan dalam satu negara, ia akan menggenggam nasib dunia dan memisahkan Eropa dari belahan dunia lainnya. Mengingat betapa pentingnya masalah ini, entitas asing perlu ditancapkan di jantung mereka agar mereka tidak akan pernah bisa bersatu dan menghabiskan energi mereka dalam peperangan yang tidak berkesudahan. Entitas itu juga bisa menjadi alat bagi Barat untuk mendapatkan apa yang sangat dia idam-idamkan.” (Perdana Menteri Henry Bannerman dalam Laporan Campbell-Bannerman terbit di tahun 1907)
Sudah sangat jelas, pendudukan Israel atas Palestina tidak terlepas dari kepentingan barat untuk mencegah munculnya satu kekuatan besar Negara Islam yang akan menghancurkan peradaban barat yang berasaskan kapitalisme. Sadarlah wahai kaum muslimin! Kalian pernah memiliki satu institusi yang menyatukan kalian semua, menjaga kehormatan kalian, melindungi seluruh manusia. Institusi tersebut adalah Daulah Khilafah Islam yang sengaja Barat hancurkan dan kini mereka cegah kemunculannya kembali!
Penderitaan Rakyat Palestina Harus Diakhiri!
Demonstrasi besar-besaran dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia, baik Muslim maupun non-muslim. Presiden Venezuela Hugo Chaves sampai melakukan tindakan nyata dengan mengusir duta besar Israel dari negerinya. Tindakan yang seharusnya membuat penguasa-penguasa di negeri Muslim malu! Mesir, negeri yang berbatasan langsung dengan wilayah Gaza tidak dengan mudah membiarkan bantuan kemanusiaan masuk melewati perbatasan menuju Gaza. Mesir masih menjaga “hubungan” dengan Israel, bahkan sejumlah media mengatakan, sebelum Israel melancarkan serangannya pada akhir Desember, Mesir telah mengetahui lebih awal.
Kita seharusnya tidak boleh melupakan sejarah. Permasalahan di Palestina bukan semata permasalahan kemanusiaan, tetapi ini adalah permasalahan kaum muslimin. Bukankah rasulullah SAW mengatakan bahwasanya kaum muslimin bagaikan satu tubuh, jika salah satu bagian mengalami sakit maka seluruh tubuh juga akan merasakan hal yang sama. Kaum muslimin adalah satu! tidak terputuskan oleh batas teritorial. Kaum Muslimin pun pernah memiliki satu entitas Negara yang menyatukan seluruh potensi yang dimiliki dunia Islam dan menerapkan seluruh hukum Islam di dalamnya, yaitu Khilafah. Khilafah Islam terbukti mampu menjadi kampiun dunia, penjaga nyawa, kehormatan, dan kedamaian dunia semenjak kelahirannya oleh baginda Rasulullah di Madinah hingga keruntuhan khilafah terakhir, khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”(QS. Al Maidah 50)
Dahaga kaum muslimin di seluruh dunia untuk melakukan jihad membantu saudaranya di Palestina tidak akan terealisasi saat ini, karena Negeri mereka masing-masing sudah sangat melokalisasi permasalahan sendiri-sendiri. Ikatan akidah Islam yang mulia yang menyatukan seluruh umat Islam di seluruh dunia, kini terkalahkan oleh ikatan kebangsaan. Sungguh, jika kaum muslim bersatu tidak akan ada yang berani untuk membunuh seorang pun manusia tanpa hak.
Bersatunya kaum muslimin dalam naungan Daulah Khilafah Islam merupakan solusi permanen untuk permasalahan Palestina. Khalifahlah yang akan mengomando pasukan kaum Muslimin untuk menghancurkan Israel yang dengan pongah membantai penduduk Palestina!
Wallahu’alam bi ash-shawab
Gaza Bersimbah Darah : Luka Kaum Muslim, Duka Dunia
Serangan militer Israel terhadap Gaza yang dimulai sejak 27 Desember 2008 lalu kini telah mengakibatkan korban tewas sekitar 900-an orang dan ribuan orang luka-luka. Sudah dua pekan Israel melakukan penyerangan, namun belum juga menunjukkan tanda-tanda berhenti. Bahkan Israel menyebarkan selebaran di tengah-tengah penduduk Gaza yang mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan serangan yang lebih besar. Gambar mayat warga sipil bergelimpangan, wajah korban anak-anak yang tak berdosa, dan tangisan warga palestina menjadi santapan kita setiap harinya. Kecaman disampaikan oleh berbagai kalangan di seluruh belahan dunia terhadap aksi Israel ini. Pemimpin-pemimpin dunia pun tak lupa menyampaikan kecaman. Hanya kecaman. But… does it work?
Kembali Melihat Sejarah Konflik Israel Palestina
Palestina, sebelum ditaklukan oleh khalifah Umar Ibnu Khaththab pada tahun 637 M berada di bawah kekuasaan imperium Romawi (Byzantium) yang menjadikan Yerusalem sebagai kota Nasrani. Pada akhir abad kesebelas, kekuatan penakluk lain dari Eropa memasuki daerah ini dan merampas tanah beradab Yerusalem dengan tindakan tak berperikemanusiaan dan kekejaman yang belum pernah terlihat sebelumnya. Para penyerang ini adalah Tentara Perang Salib. Akan tetapi, dalam perang Hattin, Salahuddin kembali membebaskan Yerusalem dari tentara Perang Salib.
Pada akhir abad ke-19, Theodore Hertzl membawa zionisme sebagai agenda dunia. Gerakan zionis ini menekankan pentingnya bagi ras Yahudi untuk membangun tanah air mereka sendiri. Pada tahun 1917, akibat kampanye persuasifnya, Inggris mengumumkan Deklarasi Balfour bahwa "Pemerintahan Yang Mulia memandang pentingnya pendirian di Palestina sebuah tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi… di Palestina."
Salah satu, propaganda yang dilakukan oleh Zionis adalah semboyan "sebuah tanah tanpa manusia untuk seorang manusia tanpa tanah." Dengan kata lain, Palestina, "tanah tanpa manusia" harus diberikan kepada orang-orang Yahudi, "manusia tanpa tanah." Padahal, ketika gerakan Zionis dimulai, orang-orang Yahudi tidaklah "tanpa tanah" dan Palestina pun bukannya tanpa manusia. Rabbi Hirsch, salah satu pemimpin keagamaan terkemuka saat itu berkata, "Zionisme ingin menamai orang-orang Yahudi sebagai sebuah lembaga nasional…. yang merupakan sebuah penyimpangan."
Pada tahun 1897, Theodore Hertzl dalam kongres Zionis dunia pertamanya mengatakan, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi!” Apa yang mereka lakukan untuk merealisasikan mimpinya? Maka Illan Pape, sejarawan Israel, memaparkan bagaimana cara yang dilakukan teroris Zionis-Yahudi untuk mengusir bangsa Palestina dari rumah dan kampung mereka di tahun 1948. “Salah satu cara orang-orang Yahudi untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah dan kampungnya adalah dengan mengepung desa mereka dari tiga arah. Satu arah dibiarkan terbuka. Setelah dari tiga sisi dikepung, orang-orang Yahudi yang bersenjata itu menembaki orang-orang Palestina, siapa saja. Tujuannya adalah untuk menimbulkan ketakutan sehingga mereka, orang-orang Palestina itu, keluar dari rumah-rumah mereka dan meninggalkan kampung mereka. Cara-cara ini biasa dilakukan pada malam hari tatkala orang-orang Palestina tengah terlelap sehingga ketika mereka berlari meninggalkan rumahnya, mereka tidak membawa bekal apa pun. Setelah desa berhasil dikosongkan, maka orang-orang Yahudi itu saat itu juga menduduki wilayah tersebut dan mengklaim tanah itu sebagai tanah milik orang Yahudi. The Homeland.”
Sampai Kapan Palestina Bersimbah Darah?
Jumat pagi, 9 Januari 2009 DK PBB akhirnya mengeluarkan resolusi gencatan senjata. Akan tetapi, Israel tetap melakukan agresinya. Sebelumnya, Pemerintahan Dunia menekan Israel untuk menghentikan serangannya selama tiga jam agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza. Lagi-lagi kesepakatan yang dibuatnya kembali dilanggar. Wilayah pengungsian di bawah naungan PBB pun tak lepas dari serangannya. Dan seperti biasanya, Israel kembali mengambinghitamkan HAMAS. Israel mengatakan HAMAS menggunakan warga sipil sebagai tameng. Akan tetapi, ini sama sekali tidak benar! Berkali-kali Israel mengatakan penyerangan dilakukan terhadap HAMAS, tapi berkali-kali pula serangan mereka diarahkan ke tempat-tempat hunian warga sipil. Melihat banyaknya korban di pihak warga sipil, sampai-sampai seorang paramedis di Gaza mengatakan, “target Israel bukanlah HAMAS, tetapi GAZA!”
Coba kita renungkan sejenak, jika Anda memiliki Rp 10 juta di dalam dompet Anda kemudian seseorang datang mengambilnya. Terjadilah keributan, pencuri itu keras kepala mengakui dompet itu miliknya, sedangkan Anda juga bersikukuh mempertahankan hak Anda Tiba-tiba datang seorang tentara yang hendak melerai perselisihan, akhirnya menyarankan agar membagi dua isi dompet kita. Apakah Anda mau membaginya?
Itulah yang terjadi di Palestina! Dan PBB hadir untuk membagi wilayah itu menjadi dua, wilayah Palestina dan Israel. Sudah sangat nyata, permasalahan di Palestina selama bertahun-tahun disebabkan keberadaan Israel di Negeri itu. Yahudi-Zionis memang menginginkan terwujudnya Israel Raya, serangan-serangan yang dilancarkannya memang ditujukan untuk menghapuskan wilayah Palestina dari muka bumi.
Selama Palestina berada di bawah naungan kekhilafahan Utsmani dulu, negeri ini merupakan negeri dimana tiga agama (Islam, Nasrani, dan Yahudi) bisa hidup dengan damai. Lalu kedamaian ini berubah menjadi tragedi, ketika gerakan Zionis mulai melakukan aksinya. Di bawah kekhalifahan Utsmani, Zionis mendapat kesulitan besar untuk menduduki Palestina. Berbagai cara mereka lakukan. Salah satu tokoh Zionis saat itu, Theodore Herzl membujuk khalifah Abdul Hamid agar mengizinkan kedatangan imigran Yahudi ke Palestina dengan harta bermilyaran (diantaranya 150 juta poundsterling untuk khalifah pribadi juga pelunasan hutang kekhilafahan sebesar 33 juta poundsterling). Akan tetapi, simaklah apa yang disampaikan oleh khalifah
“Sesungguhnya, saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah Palestina. Sebab ini bukan milik pribadiku, tetapi milik rakyat. Rakyatku telah berjuang untuk memperolehnya sehingga mereka siram dengah darah mereka. Silakan Yahudi menyimpan kekayaan mereka yang milyaran itu. Bila pemerintahanku ini tercabik-cabik, saat itu baru mereka dapat menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, (meskipun) tubuhku terpotong-potong adalah lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari Pemerintahanku.” Kata Sultan Abdul Hamid II yang ditujukan kepada Theodore Herzl.
Kini perkataan sultan Abdul Hamid menjadi kenyataan. Semenjak hancurnya Daulah Khilafah Islamiyah, Yahudi Zionis berhasil menguasai Palestina lewat bantuan Inggris dan AS. Penguasaan Yahudi-Zionis atas Palestina tidak terlepas dari peran Inggris yang memberikan tanah Palestina pada Yahudi-Zionis lewat Deklarasi Balfour. Sedangkan Amerika, selalu melindungi Israel atas agresi yang dilakukannya terhadap Palestina lewat hak veto AS di PBB, sehingga walaupun Israel melanggar hukum internasional, Israel tetap tidak mendapat tindakan.
“Mereka (muslim) mendiami wilayah yang luas dan sumber daya alam yang kaya. Mereka mendominasi lalu lintas perjalanan dunia. Tanah mereka adalah pusat peradaban dan agama. Mereka memiliki satu keyakinan, satu bahasa, satu sejarah dan satu aspirasi. Tidak ada batas alam yang mampu memisahkan mereka, satu dari lainnya..kalau saja, bangsa mereka bisa tersatukan dalam satu negara, ia akan menggenggam nasib dunia dan memisahkan Eropa dari belahan dunia lainnya. Mengingat betapa pentingnya masalah ini, entitas asing perlu ditancapkan di jantung mereka agar mereka tidak akan pernah bisa bersatu dan menghabiskan energi mereka dalam peperangan yang tidak berkesudahan. Entitas itu juga bisa menjadi alat bagi Barat untuk mendapatkan apa yang sangat dia idam-idamkan.” (Perdana Menteri Henry Bannerman dalam Laporan Campbell-Bannerman terbit di tahun 1907)
Sudah sangat jelas, pendudukan Israel atas Palestina tidak terlepas dari kepentingan barat untuk mencegah munculnya satu kekuatan besar Negara Islam yang akan menghancurkan peradaban barat yang berasaskan kapitalisme. Sadarlah wahai kaum muslimin! Kalian pernah memiliki satu institusi yang menyatukan kalian semua, menjaga kehormatan kalian, melindungi seluruh manusia. Institusi tersebut adalah Daulah Khilafah Islam yang sengaja Barat hancurkan dan kini mereka cegah kemunculannya kembali!
Penderitaan Rakyat Palestina Harus Diakhiri!
Demonstrasi besar-besaran dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia, baik Muslim maupun non-muslim. Presiden Venezuela Hugo Chaves sampai melakukan tindakan nyata dengan mengusir duta besar Israel dari negerinya. Tindakan yang seharusnya membuat penguasa-penguasa di negeri Muslim malu! Mesir, negeri yang berbatasan langsung dengan wilayah Gaza tidak dengan mudah membiarkan bantuan kemanusiaan masuk melewati perbatasan menuju Gaza. Mesir masih menjaga “hubungan” dengan Israel, bahkan sejumlah media mengatakan, sebelum Israel melancarkan serangannya pada akhir Desember, Mesir telah mengetahui lebih awal.
Kita seharusnya tidak boleh melupakan sejarah. Permasalahan di Palestina bukan semata permasalahan kemanusiaan, tetapi ini adalah permasalahan kaum muslimin. Bukankah rasulullah SAW mengatakan bahwasanya kaum muslimin bagaikan satu tubuh, jika salah satu bagian mengalami sakit maka seluruh tubuh juga akan merasakan hal yang sama. Kaum muslimin adalah satu! tidak terputuskan oleh batas teritorial. Kaum Muslimin pun pernah memiliki satu entitas Negara yang menyatukan seluruh potensi yang dimiliki dunia Islam dan menerapkan seluruh hukum Islam di dalamnya, yaitu Khilafah. Khilafah Islam terbukti mampu menjadi kampiun dunia, penjaga nyawa, kehormatan, dan kedamaian dunia semenjak kelahirannya oleh baginda Rasulullah di Madinah hingga keruntuhan khilafah terakhir, khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”(QS. Al Maidah 50)
Dahaga kaum muslimin di seluruh dunia untuk melakukan jihad membantu saudaranya di Palestina tidak akan terealisasi saat ini, karena Negeri mereka masing-masing sudah sangat melokalisasi permasalahan sendiri-sendiri. Ikatan akidah Islam yang mulia yang menyatukan seluruh umat Islam di seluruh dunia, kini terkalahkan oleh ikatan kebangsaan. Sungguh, jika kaum muslim bersatu tidak akan ada yang berani untuk membunuh seorang pun manusia tanpa hak.
Bersatunya kaum muslimin dalam naungan Daulah Khilafah Islam merupakan solusi permanen untuk permasalahan Palestina. Khalifahlah yang akan mengomando pasukan kaum Muslimin untuk menghancurkan Israel yang dengan pongah membantai penduduk Palestina!
Wallahu’alam bi ash-shawab
1 comments:
اَللّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنْ إزَالَةِ أنْظِمَةِ الْكُفْرِ وَ أحْكَامِهِ مِنْ جَمِيْعِ بِلآدِ الْمُسْلِمِيْنَ
Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk memusnahkan segala sistem peraturan dan hukum kufur di seluruh negeri kaum muslimin.
أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِِ عَلَى إسْرآءِيْلَ وَأمِيْرِيْكًا وَكُلِّ الدُوَلِ الْحَرْبِيَّةِ
Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan Israel, Amerika, dan negara-negara kafir harbi lainnya.
Saudara/i renungkan video, do’a dan foto Palestina, perjuangan syari’ah dan khilaafah :
http://rumi-moslem.blogspot.com
Post a Comment