Mengenal Sifat Dakwah Rasulullah SAW dan Para Sahabat
Adakalanya terbersit didalam benak, bahwa mereka—yaitu para pemikir yang secara individu tumbuh di tengah-tengah umat—yang membangkitkan. Mereka pula yang mewujudkan negara dan masyarakat. Dalam perkara ini, kadang-kadang para Nabi dan kaum reformis dijadikan sebagai argumentasi, bahwa mereka adalah individu yang berhasil membangkitkan umat. Di sini terjadi salah kaprah hingga tergelincir. Sebab, individu—siapapun—dengan karakter individualnya bukanlah institusi, sementara umat secara keseluruhan merupakan institusi, sama halnya dengan negara yang merupakan institusi. Yang dapat mempengaruhi masing-masing institusi itu adalah institusi yang lebih kuat dari keduanya, dengan catatan sama-sama memiliki karakter sebagai sebuah institusi, yang tersusun dari berbagai faktor yang dijalin oleh ikatan yang memang bisa membentuk institusi. Jadi, individu berapapun tingkat kemampuannya, tetap tidak mungkin mampu mempengaruhi sebuah institusi, sekalipun institusi itu sangat lemah. Sebab, yang mampu mempengaruhi institusi hanyalah institusi lagi.
(Taqiyuddin An-nabhani dalam kitabnya Dukhul Mujtama’)
Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada kita risalah yang begitu sempurna, yaitu ideologi Islam. Namun sayang, kesempurnaan Islam ini tidak bisa dirasakan saat ini, akibatnya sebutan umat Islam sebagai umat terbaik pun tidak nampak dalam realita. Semua ini diakibatkan oleh jauhnya umat Islam dari penerapan Islam secara komprehensif dalam kehidupan umat Islam. Begitu pula, Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia pun tidak bisa dirasakan saat ini sebagaimana dirasakan dahulu, lagi-lagi ini dikarenakan Islam secara komprehensif tidak diterapkan secara praktis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ya, semua ini diakibakan karena umat Islam tidak menjalankan kewajiban yang sudah dibebankan oleh Allah Sang Pencipta Alam, Manusia, dan Kehidupan. Tidak ada jalan lain untuk kembali menjadi umat terbaik di mata manusia dan di mata Allah tentunya kecuali dengan kembalinya kehidupan Islam yang merupakan rahmat di tengah-tengah manusia. Harus ada persepsi yang sama di tengah masyarakat tentang hal ini, dan dakwah menjadi satu-satunya jalan untuk mengembalikan kehidupan Islam. Namun, dakwah seperti apakah yang bisa mengantarkan umat kembali pada posisinya sebagai umat terbaik? Sifat-sifat dakwah seperti apa yang harus muncul dalam dakwah melanjutkan kehidupan Islam ini?
Kelompok Dakwah Rasulullah SAW dan Para Sahabat
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. “(QS Al Ahzab: 21)
Sesungguhnya apa yang dihadapi umat Islam saat ini hampir sama dengan apa yang dihadapi oleh Rasulullah dan para sahabat pada masa awal Islam turun. Dahulu, sebelum Islam turun, peradaban di Makkah dikenal sebagai peradaban jahiliyah yang diliputi oleh kebodohan. Pada masa itu, manusia kebanyakan adalah penyembah berhala, lahirnya anak perempuan adalah sebuah aib sehingga terjadilah penguburan bayi perempuan hidup-hidup, meminum minuman keras adalah kebiasaan, bertransaksi dengan riba adalah biasa, seks bebas juga merupakan hal biasa bahkan seorang perempuan bisa berhubungan suami istri dengan laki-laki manapun dan ketika hamil maka akan diundi siapa yang menjadi ayahnya. Melihat kekacauan yang ada di tengah masyarakat, Rasul kemudian senang untuk menyendiri di Gua Hira sampai akhirnya beliau bertemu dengan pembawa wahyu, malaikat Jibril. Sejak itu, Rasul pun kemudian terus mendapatkan wahyu dari Allah melalui Jibril sampai kemudian Allah sempurnakan menjelang wafatnya Rasululullah SAW.
Pada awal masa dakwahnya, Rasulullah berkeliling mendatangi rumah-rumah di Makkah, sambil mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.” Beliau mengajak masyarakat memeluk Islam secara terang-terangan , semata-mata untuk melaksanakan perintah Allah:
“Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan.” (Al-Mudatstsir : 1-2)
Rasul mengajak orang-orang yang tertarik dan siap menerima dakwahnya tanpa melihat usia, tempat tinggal, jenis kelamin, dan asalnya. Ajakan kepada Islam dilakukan tanpa pilih kasih. Beliau sangat bersemangat membina setiap orang yang memeluk Islam, dengan mengajarkan hukum-hukum agama dan mengajarkan mereka untuk menghafal alQuran. Akhirnya Rasul dan orang-orang yang masuk Islam tersebut membentuk sebuah kelompok dakwah yang siap mengemban dakwah. Jumlah mereka sejak Rasul diutus hingga ada perintah untuk menampakkan dakwah secara terang-terangan adalah 40 orang. Rasulullah mengirim para sahabat yang sudah lebih dahulu masuk Islam dan paham tentang agama Islam, untuk mengajarkan al-Quran kepada orang-orang yang baru memeluk Islam. Beliau mengutus Khabab bin al-‘Arat untuk mengajarkan alQuran kepada Zainab bin al-Khaththab dan Sa’id, suaminya. Dari halaqoh inilah Umar bin Khaththab kemudian masuk Islam.
Masyarakat Makkah merasakan bahwa Muhammad mengajak manusia pada sebuah agama baru. Mereka mengetahui bahwa banyak orang yang masuk Islam. Mereka pun mengetahui bahwa Muhammad membentuk kelompok dakwah bersama para sahabat walau mereka tidak mengetahui dimana orang-orang mukmin ini berkumpul dan siapa saja mereka.
Tidak lama setelah kelompok dakwah Rasul semakin matang dan mendapatkan dukungan kuat dalam dakwahnya yaitu dengan masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muththollib dan Umar bin Khaththab, turunlah kepada Rasul firman Allah :
“Maka sampaikanlah olehmu apa yang telah diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. al-Hijr: 94)
Setelah turun ayat ini, Rasul segera meyerukan perintah Allah ini dengan menampakkan keberadaan kelompok dakwah ini kepada seluruh masyarakat secara terang-terangan. Cara yang dipilih Rasul adalah dengan keluarnya Rasul bersama para sahabat dalam dua kelompok. Masing-masing dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muththollib dan Umar bin Khaththab. Mereka pergi menuju Ka’bah dalam barisan rapi kemudian mengitari Ka’bah. Hal ini adalah sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal oleh bangsa Arab.
Ini berarti Rasulullah dan para sahabat memasuki fase dakwah secara terang-terangan, beralih dari fase sebelumnya yaitu dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran di tengah masyarakat. Begitu pula terjadi gesekan antara pemikiran-pemikiran Islam dan pemikiran-pemikiran Kufur. Masa ini dikenal dengan masa interaksi dan perjuangan.
Masa ini adalah masa yang sangat berat karena perlawanan terhadap dakwah semakin terasa karena para petinggi Quraisy mulai merasakan bahwa apa yang dibawa oleh Muhammad dan para sahabat adalah sesuatu yang akan mengancam kekuasaan mereka, sesuatu yang akan mengganti pola hidup masyarakat yang ada dalam kekuasaan mereka. Sebelum kelompok dakwah Rasul memasuki fase interaksi dan perjuangan, sewaktu Muhammad lewat di majelis orang-orang Quraisy, mereka hanya mengatakan, “Inilah Putra ‘Abd al-Muththollib yang mengatakan suatu perkataan dari langit.” Hal ini terus berlangsung hingga mereka mulai merasakan bahaya dakwah yang mengancam kedudukan mereka di tengah masyarakat. Mereka berkumpul untuk menentang, memusuhi, dan memerangi Muhammad dengan berbagai tekanan dan mendustakan kenabiannya. Mereka mengatakan, “Sungguh apa yang dilakukan Muhammad itu tidak masuk akal,” “Mengapa Jibril yang panjang lebar berbicara tentang Muhammad tidak menampakkan diri pada umatnya? Mengapa pula Muhammad tidak mampu menghidupkan orang mati dan tidak bisa menjalankan gunung-gunung sehingga Makkah tidak terus-menerus terpenjara di sekelilingnya?”
Mereka telah melakukan penyerangan kepada dakwah Rasul dan para Sahabat. Tiga cara yang paling penting adalah : penganiayaan, propaganda negatif terhadap dakwah Rasul dan para sahabat, dan pemboikotan. Namun, Rasul dan para sahabat tetap gigih dalam dakwahnya, hingga Allah memberikan pertolongan atas keistiqamahan Rasul dan para sahabat yaitu dengan masuk Islamnya sejumlah orang dari suku Khazraj pada musim haji setelah mereka berdialog dengan Rasulullah. Mereka pun kembali ke Madinah menceritakan keislaman mereka kepada kaumnya. Dan berkat utusan dakwah Rasul ke Madinah, yaitu Mushab bin Umair dan As’ad, tersebarlah Islam di Madinah hingga tidak satu rumah pun di perkampungan Bani Aus dan Khazraj kecuali menyebut-nyebut Muhammad di dalamnya. Kemudian penduduk Madinah pun siap untuk menerapkan Islam. Akhirnya berangkatlah sejumlah orang dari Madinah untuk menemui Rasulullah untuk menyatakan kesiapan mereka diatur oleh sistem Islam. Momen yang sangat penting ini disebut sebagai bai’at Aqabah kedua. Setelah Rasul merasa bahwa Madinah memang siap untuk diterapkan islam, akhirnya Rasul memerintahkan kaum muslimin di Makkah untuk hijrah ke Madinah. Kemudian dimulailah kehidupan Islam di Madinah.
Belajar dari Kelompok Dakwah Rasulullah
Demikianlah, apa yang dilakukan oleh Rasul sejak pertama kali beliau diutus bukanlah sekedar menyampaikan Islam sebagai agama ritual, melainkan Rasul menyampaikan Islam sebagai sebuah sistem kehidupan. Rasul mencela sistem kehidupan jahiliyah masa dulu. Begitu pula, dakwah yang Rasul lakukan adalah dakwah berjamaah, dakwah secara berkelompok bersama para sahabat. Dakwah yang Rasul lakukan sudah seharusnya menjadi teladan bagi kita. Sungguh apa yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah hal yang sama dengan apa yang dihadapi oleh Rasullullah dan para sahabat yakni kehidupan jahiliyah di mana masyarakat hidup dengan aturan yang berasal dari manusia yang menyebabkan kesengsaraan manusia. Manusia harus dikeluarkan dari kegelapan ini menuju cahaya Islam.
Apa yang diperlukan saat ini adalah adanya kelompok dakwah seperti kelompok dakwah Rasulullah, yakni kelompok dakwah yang menyerukan kehidupan Islam, kehidupan yang diatur oleh aturan Sang Pencipta alam, manusia, dan kehidupan.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. al-Imron: 104).
Keberadaan kelompok dakwah ini adalah fardhu kifayah bagi umat Islam, dan bergabung di dalamnya pun menjadi fardhu kifayah. Artinya, sepanjang tugas yang dibebankan dalam kewajiban kifayah ini sudah terlaksana, maka gugur bagi yang lain, namun jika belum sempurna pelaksanaan yang dituntut dari fardhu kifayah ini, maka masih menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam. Saat ini, aktivitas amar makruf dan nahi munkar yang paling utama adalah dalam perkara penerapan syari’at Islam secara menyeluruh dalam bentuk Negara Khilafah Islamiyah. Selama kehidupan yang penuh amar makruf nahi munkar ini belum sempurna terealisasi maka adanya kelompok dakwah yang memperjuangkannya menjadi wajib diwujudkan. Pada akhirnya berimplikasi pada hukum bergabung dengan sebuah kelompok dakwah juga menjadi wajib selama tujuan penerapan Islam secara menyeluruh belum tercapai.
Kelompok dakwah ini pun tentu haruslah merujuk kepada perjalanan dakwah Rasul dalam melakukan aktrivitas dakwahnya. Mereka haruslah melakukan aktivitas pembinaan Islam di tengah umat, dan berjuang bersama umat untuk memperoleh kekuasaan untuk menerapkan Islam secara komprehensif dan praktis dalam kehidupan.
Kelompok dakwah ini pun harus mencontoh kegigihan kelompok dakwah Rasul dalam menghadapi setiap bentuk penyerangan terhadap dakwah kelompok mereka. Propaganda negatif yang saat ini gencar dilakukan oleh orang-orang yang membenci Islam, penganiayaan yang juga saat ini terjadi terhadap orang-orang yang memperjuangkan Islam dalam naungan pemerintahan Khilafah Islam, bahkan mungkin pemboikotan terhadap kelompok dakwah harus dihadapi dengan sabar dan tidak memalingkan mereka dari dakwah. Satu hal yang juga tidak boleh dilupakan oleh para pengemban dakwah saat ini bahwa dalam menjalani aktivitas dakwah dan menghadapi kesulitan-kesulitan dakwah, mereka harus fokus dalam aspek menyeru penerapan Islam dan tidak melakukan kekerasan. Orang-orang dalam kelompok dakwah ini harus senantiasa memohon pertolongan kepada Allah untuk dimenangkan dalam dakwah. Allah memiliki kewajiban untuk menolong orang-orang yang menolong agamaNya. Kemenangan atas orang-orang shaleh yang memperjuangkan Islam pun adalah janji Allah. Sungguh Allah Maha Memenuhi Janji.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. an-Nur : 55)
Apa yang harus dilakukan?
Sungguh, saat ini banyak sekali gerakan-gerakan yang mengatasnamakan Islam. Maka kita harus memohon kepada Allah untuk bisa mengetahui mana yang merupakan kelompok yang memperjuangkan Islam, dan mana yang tidak. Jangan pernah takut untuk mencari kelompok Islam dan mempelajari pemikirannya untuk kemudian menentukan dimana akan ditunaikan kewajiban bergabung dalam sebuah jamaah untuk kemudian dibina dan memperjuangkan Islam dengannya. Berikut ini beberapa gerakan yang kemudian bisa dipelajari pemikirannya dan dilihat perjuangannhya : Ikwanul Muslimin, jama’ah Tabligh, Hizbut Tahrir, Hizbullah, Muhammmadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, dan lain-lain.
Semoga Allah memberi kita petunjuk untuk menunaikan kewajiban kita dalam memperjuangkan Islam sehingga bisa tegak dalam naungan Khilafah. Semoga Allah berkenan menjadikan kita sebagai bagian yang merealisasikan janji Allah tegaknya Khilafah.
“Di tengah-tengah kalian terdapat masa Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu saat Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan yang zalim yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan diktator yang menyengsarakan, yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu saat Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Selanjutnya akan muncul kembali masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian.” Setelah itu Beliau diam. (HR Ahmad).