Wednesday, November 9, 2011

DIKTIF #3 Edisi November


Mengusung revolusi, perlukah?

Dulu, para pahlawan bangsa berjuang hingga meneteskan darah untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan. Mereka mengharap kehidupan bangsa yang mandiri, bebas dari penjajahan Eropa. Namun, apa yang kini terjadi? Mungkin mereka akan menangis perih melihat nasib bangsa yang dulu mereka perjuangakan. Penjajahan fisik (perang) memang tak lagi bangsa ini hadapi, namun sadarkah bahwa bangsa ini saat ini berada dalam penjajahan dalam berbagai bidang : teknologi, budaya, ekonomi, bahkan penjajahan politik!

Bagi seorang yang berpikir, kemelut yang menimpa bangsa Indonesia akan menghasilkan sebuah kesimpulan, “ Indonesia butuh perubahan!”. Ya, Indonesia butuh perubahan, butuh ada suatu rekayasa sosial di tengah masyarakat hingga akhirnya terwujud perubahan. Butuh suatu perjuangan menuju perubahan itu. Perubahan seperti apa yang dikehendaki? Proses perubahan macam apa juga yang harus digulirkan? Reformasi ataukah revolusi?

Seorang tokoh reformasi ditawarkan revolusi, ia menjawab: “Rakyat Indonesia sudah terlalu banyak menderita. Revolusi akan memperparah keadaan mereka”. Ketika seorang tokoh radikal ditawarkan reformasi: “Masyarakat kita sudah sangat korup. Hanya revolusi yang bisa menyembuhkannya.”

Ada kerinduan untuk menyongsong revolusi. Ada kebanggaan dalam gerakan revolusioner. Ada banyak contoh bangsa-bangsa besar lahir dari puing-puing revolusi. Tetapi, pada saat yg sama, ada ketakutan akan kedahsyatan revolusi. Namun, untuk menjawab kemelut bangsa yang diakibatkan oleh kerusakan sistemik, maka perubahan sistemik adalah jawabnnya. Perubahan sistemik itulah yang dinamakan REVOLUSI.

Lantas, revolusi macam apakah yang ingin kami usung??

Revolusi memang pernah terjadi di berbagai negeri: perancis, rusia, cina, dll atau yang terkini, konon terjadi juga revolusi di Timur Tengah yang dimulai dari Tunisia, Mesir, menjalar ke Libya, Yaman. Namun benarkah mereka tengah dan telah sukses melakukan revolusi??

Jika kita mau jujur, benar memang faktanya tak semua revolusi memberi kehidupan pascarevolusi lebih baik dan sejahtera. Bukan semata-mata proses revolusinya yang salah, namun arah revolusi (visi yg dibawanya yang bertanggung jawab atas kehidupan pascarevolusi yang harus dievaluasi.

Lantas revolusi macam apa yg seharusnya terjadi? The big mega project jenis apa yg dibawa dari misi revolusi tersebut? Adakah dia yang menjadi the true revolutioner?? Siapa dia??

Mari berdiskusi dan temukan jawabannya soon @ Diktif (Diskusi Interaktif) edisi November, tgl 11-11-11 pukul 15.00-17.00@ Selasar labtek 6 lantai 2.



1 comments:

lebih uniklagi kalo diskusinya jam 11 lewat 11 menit :D

ia