Thursday, November 17, 2011

Diary HATI ed. November : Satu Upaya Nyata Memantik Perubahan

Seorang tokoh reformasi ditawarkan revolusi, ia menjawab: “Rakyat Indonesia sudah terlalu banyak menderita. Revolusi akan memperparah keadaan mereka”. Ketika seorang tokoh radikal ditawarkan reformasi: “Masyarakat kita sudah sangat korup. Hanya revolusi yang bisa menyembuhkannya.”

Terlepas reformasi atau revolusi yang ditawarkan, yang perlu dijawab dulu adalah pertanyaan menggelitik ini: ngapain cape-cape melakukan perubahan? Mungkin ini pertanyaan dari para orang yang terlanjur berada di comfort zone, mereka yang sudah terlalu nyaman dengan kehidupan pribadi masing-masing dan tidak merasa ada something wrong around them. So, berubah untuk apa?

Berharap hal ini tidak melanda kebanyakan mahasiswa ITB yang terlalu asyik dengan dunia akademiknya, UTS, UAS, praktikum, buat laporan, tugas, dll, sehingga amat melenakan yang membuat dirinya autis dengan dunianya sendiri. Mengingat obrolan dengan teman dari Tiben, salah satu unit kajian di ITB juga, tantangan yang sama-sama dihadapi sesama unit kajian adalah, menghadapi mahasiswa-mahasiswa ITB yang sulit diajak berpikir. Tepatnya diajak berpikir di luar dunia akademik. Ironis jika itu menimpa kita semua. Katanya kita adalah putra putri terbaik bangsa. Sangat ironis, karena kita diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa. Semoga ini tidak hanya jadi mitos dan kebanggaan yang berlebih saja. Bagaimana kita akan memimpin bangsa menjadi orang-orang garda terdepan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa, tapi saat menjadi mahasiswa saja, kita enggan untuk terlibat lebih jauh berpikir apa masalah bangsa ini dan mengkaji solusi apa yang bisa ditawarkan atas permasalahan bangsanya. Mungkinkah harapan institute terbaik bangsa ini untuk melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa ini masih bisa diwujudkan atau cukup institute ini memproduksi robot-robot pekerja yang mudah disetir oleh pemimpin-pemimpinnya yang banyak main mata dengan pihak asing dan berkhianat pada rakyatnya?

Ketika kembali ke pertanyaan, untuk apa melakukan perubahan? Dengan penuh kesadaran, mudah menjawabnya, kita butuh perubahan, teman! Karena saat ini (cobalah tengok sedikit saja ke luar kampus ganesha, atau nyalakan tv mu untuk sekejap saja melihat berita, intiplah koran, atau jika Koran sangat tak mungkin bertatapan dengannya, masih ada waktu buka internet kan walau hanya untuk update status?) kita akan menemui negeri ini tengah berkubang dalam lumpur masalah. Jadi melakukan perubahan bertolak dari menyadari ada masalah menuju solusi. Berawal dari realita fakta yang terpuruk beralih ke realita yang diinginkan. Inilah filosofi dari masalah itu sendiri, ketika das sein (yang terjadi) tidak sesuai dengan das sollen (yang seharusnya).

Selanjutnya untuk menawarkan solusi macam apa yang hendak ditawarkan atas permasalahan bangsa yang dihadapi, hal ini amat terkait dengan diagnosis terhadap penyakit yang tengah diidap, baru selanjutnya menawarkan solusi obatnya. Jadi jangan langsung loncat dari memandang satu masalah langsung mencari solusinya tanpa dipahami betul apa akar masalahnya. Perlu pengkajian dan melihat pola masalah untuk menemukan solusinya.

Agar ini tidak hanya teoritis belaka, kita ambil contoh untuk me-refresh ingatan kita terkait permasalahan bangsa ini. Oleh karena salah satu yang menjadi perhatian ITB adalah energi atau SDA, ambillah kasus keberadaan PT. Freeport Indonesia di pulau emas Papua. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009). Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km). Dan untuk memastikan proses penghisapan emas ini dari bumi Papua ke AS ini berjalan lancar dan tidak ada yang menganggu, Koran The New York Times telah melakukan investigasi berbulan-bulan dan berhasil mendapatkan laporan perusahaan Freeport yang menunjukkan bahwa pada 1998-2004 perusahaan tambang emas dan tembaga menghabiskan dana US$ 20 juta atau sekitar Rp 200 miliar untuk personel TNI dan Kepolisian RI.

Belum lagi tentang Exxonmobile. Menurut Marwan Batubara, tokoh muslim yang getol membuka aib sumberdaya Indonesia yang dikeruk AS, porsi bagi hasil Exxon dan pemerintah ditetapkan sebesar 100 : 0. Artinya, pemerintah sama sekali tidak memperoleh bagi hasil, karena seluruh keuntungan produksi gas yang dihasilkan Natuna merupakan hak milik Exxon selaku kontraktor. Alasannya, eksploitasi D-Alpha Natuna membutuhkan investasi biaya yang besar dan biaya pemisahan CO2 sangat tinggi. Sedangkan potensi penjualan gas saat itu masih rendah. Karena itu, bagian 100% keuntungan bagi kontraktor dianggap sebagai suatu hal yang wajar. Lalu bagaimana dengan California Texas (Caltex) yang di Riau, entahlah betapa sumberdaya bangsa ini sudah dipreteli satu persatu.

In baru membicarakan secuil yang dihadapi permasalahan bangsa! Terlihat ada masalah besar dalam politik pengelolaan sumber daya alam dimana SDA dengan mudahnya digadaikan atau bahasa kerennya diprivatisasi ke pihak asing. Akibatnya pemerintah tertatih-tatih mengais-ngais untuk mengumpulkan sumber dana APBN untuk membiayai sistem pendidikan misalnya, atau kesehatan, kebutuhan pokok masyarakatnya. Ujung-ujungnya rakyatnya sendiri yang dipalaki untuk membiayai hidupnya sendiri dengan membayar pajak atau atas nama gotong royong. Lantas apa gunanya negara? Hanya sebagai penjual aset-aset bangsa ini kepada pihak asing? Inilah ciri khas bahwa yang tengah diterapkan di negeri ini sistem Kapitalisme dimana semuanya diukur dengan uang. Hanya yang memiliki uang / modal (capital) lah yang berkuasa dan dapat memenuhi kebutuhannya. Inilah adegan tragis di negeri Kapitalis.

Inilah nasib malang negeri ini. Seluruh permasalahan saling terkait antar bidang seperti lingkaran setan dan sangat kompleks mencakup berpuluh-puluh juta orang yang bermasalah. Ini artinya negeri ini tengah menderita permasalahan sistemik. Jelas bahwa yang menjadi akar dari permasalahan bangsa ini adalah diterapkannya sistem Kapitalisme dalam kehidupan bermasyarakat. Maka perubahan yang diinginkan dan solusi yang ditawarkan pun harus dalam tataran sistemik, inilah yang kami tawarkan, sistem Islam. Sistem yang menerapkan seluruh aturan Sang Pencipta bumi dan langit beserta seluruh isi di antara keduanya termasuk manusia. Dengan penuh kesadaran kami memahami Islam diturunkan ke bumi tidak hanya mengatur masalah ibadah dan akhlak, tetapi juga mengatur seluruh sistem kehidupan manusia. Ini lah maksud Islam sebagai agama sekaligus memenuhi syarat menjadi sebuah ideologi yang khas. Terbukti pernah membangkitkan negara Islam-Daulah Khilafah Islamiyah yang kekuasaannya meliputi 2/3 dunia dan mampu tegap berdiri slama ± 1300 tahun.

Lantas upaya nyata apa untuk memantik perubahan?

Dalam filosofi perubahan, untuk mengubah tingkah laku seseorang, tak ayal yang pertama harus dilakukan adalah mengubah pemikirannya dahulu. Seseorang baik disadari atau tidak, setiap melakukan sesuatu atas dasar pilihan yang dihasilkan dari proses berpikir. Kamu mau membaca sampai akhir buletin ini atau tidak tergantung perepsi kamu ketika membaca buletin ini menarik atau tidak. Seseorang akan menunjukkan sikap yang jauh berbeda terhadap orang, tergantung persepsi kita terhadap orang tersebut. Orang akan senang dan cenderung terhadap orang yang disukai. Namun suatu saat ketika orang yang awalnya disukai itu karena sesuatu hal jadi dibencinya, otomatis sikap yang ditunjukkan akan berputar 1800 menjadi menghindari dan membencinya.

Tetapi tidak serta merta hanya dengan mengubah pemikirannya seseorang bisa langsung berubah tingkah lakunya. Bisa jadi masuk telinga kiri keluar telinga kanan tanpa memberi bekas. Karena untuk benar-benar bisa mengubah tingkah laku seseorang, ada faktor penerimaan atas pemikiran yang diberikan dan memuaskan akal, baru ia menjadi pemahaman yang akhirnya akan mendorong perubahan tingkah laku.

Oleh karena itu, diperlukan gerakan pemikiran yang senatiasa menyampaikan pemikiran-pemikiran Islam karena berawal dari pemikiran yang selanjutnya menjadi pemahaman lah seseorang bisa berubah. Perlu dilakukan penyadaran atas realita buruk yang kini tengah dialami, lakukan dekontruksi dan kemudian merekontruksi sistem yang ditawarkan. Inilah yang dimaksud upaya nyata untuk memantik perubahan. Ya, perlu ada gerakan pemikiran untuk menyadarkan masyarakat akan kebobrokan kapitalisme dan menyadarkan masyarakat akan kepentingan penerapan sistem Islam. Menginteraksikan pemikiran hanya ada dengan dua cara yaitu lisan dan tulisan. Jadi jangan remehkan orang yang selalu berbicara perubahan. Atau dengan slogan-slogan no action talk only. Karena mereka melakukan sesuatu yang nyata. Berbicara adalah sesuatu yang nyata yang menjadi jalan seseorang bisa berubah tingkah lakunya. Perlahan memang, namun pasti. Berbicara adalah sesuatu tindakan yang real. Karena kebalikan dari real adalah imajiner. Dan imajiner menurut KBBI adalah hanya terdapat dalam angan-angan (bukan yg sebenarnya); khayal. Jadi selama tidak berkhayal, maka berbicara merupakan aktivitas yang real. Karena kita tidak hanya ngomong saja. Karena kita melakukan apa yang senantiasa kita omongkan.

Gerakan pemikiran ini harus dilakukan oleh setiap lapis masyarakat, baik mahasiswa, pegawai, petani, intelektual, maupun yang lainnya. Semua harus berada dalam gerakan yang terkoordinasi dengan baik. Apakah ini gerakan politik? Tentu saja, karena politik pada realitasnya adalah pengaturan masyarakat. Namun, bukan politik kekuasaan seperti yang sekarang berlaku yang harus kita gulirkan, namun politik dimana masyarakat akhirnya bisa diatur oleh sebuah sistem Islam, sebuah gerakan politik tanpa kekerasan. Ini yang juga HATI lakukan dan yang juga harus kamu lakukan. Sebuah gerakan yang diinspirasi oleh dan merujuk pada gerakan politik Rasulullah Muhammad SAW bersama para sahabat yang mengubah Jazirah Arab yang diliputi kebodohan dan penghambaan kepada makhluk menjadi Arab bahkan dunia yang diliputi cahaya Ilahiah, cahaya Islam.

Bagaimanapun juga, gelombang perubahan sudah dimulai. Dan terus akan diperkuat oleh orang-orang yang menginginkan perubahan hakiki, perubahan Ilahiah. Perubahan sistem Kapitalisme buatan manusia menjadi sistem yang tunduk pada seruan sang Pencipta dan sistem yang memuliakan Allah dan rasul-Nya. Bukan sistem yang menyuruh kita menghormati dan mendewakan manusia, bahkan menuhankan manusia dan uang dengan cara menolak sistem Allah lalu menggunakan aturan manusia. Gelombang ini akan menjawab setiap keraguan akan perubahan itu sendiri.

0 comments: