Arus Baru Pergerakan Mahasiswa
Mahasiswa takut pada Dosen…
Dosen takut pada Dekan…
Dekan takut pada Rektor…
Rektor takut pada Menteri…
Mentri Takut pada Presiden…
Presiden Takut pada Mahasiswa…
(Taufik Ismail, 1998)
Penggalan puisi di atas merupakan sepenggal gambaran dari maestro sastra Indonesia. Puisi ini mengisyaratkan adanya peran vital dari mahasiswa. Mahasiswa dimanapun keberadaannya senantiasa menoreh sebuah rekam jejak fenomenal dalam arah perubahan negeri ini. Rekam jejak yang menjadikannya terus dikenang dalam sebuah bingkai perjuangan yang sulit terkikis masa dan waktu
Namun, itukah yang masih terjadi? Saat ini, sama-sama kita bisa saksikan, tekad mahasiswa yang selalu lantang diteriakan dalam aksi dan demonstrasi, maupun dalam diskusi-diskusi, seolah menjadi usang. Usang dan terhantam oleh keusangan serta kekeringan ideologi pergerakan yang bergerak ke arah nol. Mahasiswa kini lebih memilih mencukupkan diri duduk manis mengerjakan ’ritual’ akademiknya. Saat menjelang masa-masa UTS/UAS tiba, dunia mereka seakan sepenuhnya teralihkan hanya tertuju untuk belajar mengerjakan latihan-latihan soal, demi meraih nilai A untuk merenggut IP 4. Sementara realitas yang melingkupi mahasiswa di luar akademik, maupun masalah yang tengah melingkupi negeri ini, kurang diberi perhatian (jika tidak ingin kita katakan sama sekali tidak diberi perhatian). Mahasiswa kini seperti “the sleeping giant”. Potensi kritis yang dimiliki mahasiswa tampak tumpul ketika hanya terpenjara dalam kerangka akademik dan kemudian melepas penat belajar dengan aktivitas having fun. Apakah ini adalah statement yang tak berdasar? Tolong dikoreksi jika memang demikian.
Mungkin kita bertanya, “salahkah belajar untuk meraih IP 4” ? Tidak, sama sekali tidak salah. Hanya saja itu akan menjadi salah ketika membuat kita terasing dari tanggung jawab kita sebagai makhluk sosial, yang harus ikut serta dalam melakukan perubahan di negeri ini. Mungkin juga kita bertanya, “ haruskah mahasiswa turun ke jalan, memprotes pemerintah, membakar ban, blokir jalan, lempar batu, tawuran, bentrok dengan polisi? “ Apakah itu yang harus dilakukan?
Kita, Mahasiswa,dengan mudanya usia dan kadar inteketualitas yang dimiliki adalah nikmat yang sangat besar dari Allah. Dengan nikmat yang demikian, seharusnya kita syukuri dengan menjadikan diri kita sosok kritis dan solutif terhadap permasalahan di sekitar kita.
Dengan kadar intelektualitas yang dimiliki, kita seharusnya mampu membaca bahwa banyak realita yang rusak di sekitar kita. Terlalu banyak. Korupsi yang membudaya dari level pemerintah hingga level grass root, penjarahan kekayaan alam negeri ini oleh bangsa asing, pengrusakan alam, pembunuhan, hancurnya tatanan keluarga, mahalnya biaya pendidikan, dan banyak masalah lain yang tidak bisa disebutkan di sini.
Dengan kadar intelektualitas yang dimiliki, kita seharusnya mampu memahami bahwa hanya Islam saja yang mampu memberi solusi. Hanya Islam saja yang layak dijadkan mahasiswa sebagai solusi. Kenapa? Karena Islam buka sekedar agama yang berbicara maslah ritual, Islam adalah pandangan hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan, tanpa kecuali. Pandangan hidup yang berasal dari Tuhan yang menciptakan alam semeta dan segala isinya. Pandangan hidup yang mampu berbicara bagaimana seharusnya mengelola alam, bagaimana arah pendidikan , bagaimana menekan tindakan korupsi, hingga bagaimana mengatur pemerintahan.
“........Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. “ (Q.S. Al-Maidah: 3)
Kawan, mari bangkit dan bergerak! Eksiskan kembali mahasiswa sebagai pelaku perubahan di negeri ini. Mari membuat arus baru pergerakan mahasiswa, pemecah persoalan bangsa.
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka” (Q.S.Al-Kahfi : 13)
sally
0 comments:
Post a Comment