Sunday, October 30, 2011

Mahasiswa dan Transformasi Masyarakat

Diary HATI edisi #2- Oktober 2011

Mahasiswa dan perubahan nampaknya kedua kata ini merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan kita. Kata mahasiswa selalu disandingkan dengan perubahan atau transformasi. Hal ini menjadi wajar karena mahasiswa memiliki potensi khususyang sulit didapati di elemen lain dari masyarakat. Mahasiswa merupakan perwujudan dari manusia muda, bersemangat, memiliki akses terhadap perkembangan ilmu dan informasi, memiliki idealitas serta pemegang estafet kepemimpinan masa depan. Oleh karena itu, bukan hal yang aneh apabila mahasiswa menjadi harapan rakyat untuk mengusung perubahan dalam kehidupan mereka. Mahasiswa pun dicap sebagai insan yang peduli dan peka terhadap kondisi masyarakat yang akhirnya bergerak memperjuangkan hak-hak rakyat dan selalu berkobar jiwa pengabdian dalam dirinya. Dalam bahasa sederhana, mahasiswa mendapat sebutan sebagai pihak yang senantiasa ingin berkontribusi. Masihkan label itu ada pada mahasiswa? Semoga.

Pergerakan mahasiswa dalam mengusung perubahan haruslah diawali dengan penginderaan terhadap realita kehidupan di sekitar mahasiswa, Ini adalah langkah awal sebelum kita, mahasiswa mengambil kseimpulan untuk mengambil langkah perubaha Beranjak dari realitas kehidupan kita, tentu saat ini kita akan sepakat bahwa kondisi bangsa kita masih dalam keterpurukan. Bagaimana tidak, di Negara inimarak terjadi korupsi, kolusi, dan mafia peradila. Itu belum termasuk masalah kemiskinan yang menimpa rakyatnya, jumlah orang miskin menurut data BPS masih 30,02 juta jiwa. Di sisi lain, pemerintah juga terus menambah utang. Padahal sekadar untuk membayar bunga utang saja, pada tahun 2011 menguras lebih dari Rp 100 triliun dana APBN. Makin menyedihkan karena sumber daya alam (SDA) Indonesia yang seharusnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia, sekitar 90% kekayaan migas dan 75 % kekayaan tambangnya dikuasai asing. Di bidang pendidikan, jumlah siswa miskin di Indonesia hampir mencapai 50 juta. Dari jumlah itu, ada sekitar 2,7 juta siswa SD dan 2 juta siswa SMP terancam putus sekolah. Dengan demikian, jelas bahwa ada realitas buruk yang harus diubah, termasuk oleh kita mahasiswa.

Sebagai agen dan pelaku perubahan, tentulah kita harus memahami akar dari permasalahan yang kita hadapi saat ini, mulai dari masalah perut yang belum semua rakyat Indonesia terpenuhi kebutuhannya, masalah pengelolaan SDA yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, masalah ekonomi yang sampai saat ini banyak rakyat yang tidak sejahtera hidupnya, masalah korupsi yang melembaga di berbagai lapisan birokrat. Lantas apakah akar masalah yang mendera negeri ini???

Bila ditelaah secara jernih, dari masalah impor misalnya, Indonesia mengimpor garam, padahal garis pantai yang dimiliki negri ini merupakan garis pantai yang terpanjang di dunia, apakah ada yang kurang dari sumber daya alam kita? Ataukah pengaturannya yang bermasalah? Ditengah krisis yang melanda rakyatnya, SDA yang seharusnya bisa memakmurkan kehidupan rakyat malah dikuasai oleh perusahaan asing. Beban yang seharusnya ditanggung oleh Negara seperti pendidikan, penyediaan kebutuhan pokok, penyediaan energi, dan kesehatan kini menjadi tanggungan masyarakat yang mungkin dilakukan dengan dalih gotong royong dengan rakyat. Subsidi dicabut dengan alasan memberatkan APBN. Semua ini mengindikasikan bahwa proyek kapitalisasi dan liberalisasi telah sukses di negeri ini. Inilah ciri-ciri dari Negara kapitalis liberal, sebuah negara yang memberikan kedaulatan pada modal. Siapa yang memiliki modal yang kuat, dialah yang bisa berkuasa. Siapa yang memiliki modal, dialah yang sejahtera. Sebuah negara yang tidak mengindahkan bagaimana Tuhan melakukan pengaturan kehidupan bermasyarakat, sebuah negara sekuler. Islam yang notabene adalah agama mayoritas bangsa ini tidak lagi dipahami sebagai way of life, tidak diadopsi oleh negara dalam mengatur kehidupan bermasyarakat. Begitulah, sejak kemerdekaan hingga lebih dari enam dekade, sekulerisme mengatur Indonesia, terlepas dari siapa pun yang berkuasa. Negara kita dibawah sistem kapitalisme-liberal yang nyata.

Jika kita telah memahami akar masalah yang dihadapi adalah masalah yang sistemik menyangkut sistem pengaturan kehidupan secara keseluruhan, maka perubahan yang selayaknya mahasiswa usung adalah perubahan sistemik. Betul, problem yang kita hadapi adalah problem sistemik, yaitu problem sosial yang meluas dan kompleks bukan problem individu yang dapat diselesaikan hanya dengan memperbaiki diri setiap individu-individunya. Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya pada QS Thaha : 124 “Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” Kehimpitan yang menimpa kita saat ini, merupakan buah dari berpalingnya kita dari peringatan dan seruan-seruan Allah yang telah memberikan seperangkat sistem kehidupan yang sempurna dalam mengatur seluruh kehidupan manusia. Tidak diterapkannya sistem kehidupan yang didasarkan pada aturan Allah dan Rasul-Nya telah nyata membawa negara ini dalam keterpurukan. Rakyat Indonesia terus menerus hidup dalam berbagai krisis yang tidak berkesudahan.

Oleh karena itu, pergerakan yang selayaknya diusung oleh mahasiswa adalah pergerakan massif menuju penerapan sistem kehidupan Islam yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Sistem kehidupan yang terjamin tidak akan salah dalam mengatur hidup manusia, sebab sistem ini bersumber dari Sang Pencipta Yang Maha Sempurna, Yang Maha Mengetahui baik dan buruk. Sistem inilah yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Bukti layaknya sistem ini mengatur kehidupan masyarakat telah terbentang dalam sejarah umat manusia selama berabad-abad ketika Islam diadopsi oleh negara. Ya, bukti ini terbentang dalam realitas kekhilafahan Islam. Indonesia adalah salah satu wilayah yang pernah merasakan keberkahan hidup dalam sistem Islam..

Dalam memperjuangkan kehidupan Islam ini, tentunya kita harus mencotoh kepada perjuangan Rasulullah saw sebagai suri tauladan kita. Rasulullah saw mengubah masyarakat jahiliyah dimana sistem kehidupan Islam tidak diterapkan disana menjadi masyarakat Islam yang menerapkan Islam seluruhnya. Rasulullah bersama para sahabatnya secara terkoorinir mengubah pemikiran masyarakat yang dulu diliputi kebodohan dengan menyeru mereka pada Islam dan melakukan pembenturan pemikiran, mencela sistem kehidupan yang rusak dan sesat saat itu. mengubah suka dan bencinya masyarakat berlandaskan kecintaan kepada Allah semata, hingga akhirnya pertolongan Allah datang dengan siapnya masyarakat Madinah untuk menerapkan aturan Islam diseluruh aspek kehidupan. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat ini adalah perubahan pemikiran di tengah masyarakat, perubahan tanpa sedikitpun tindak kekerasan.

Bagaimana dengan kita? Tidakkah kondisi yang ada pada bangsa kita ini adalah kesempatan emas yang disediakan oleh Allah SWT bagi kita mahasiswa, untuk mengambil bagian dalam perjuangan yang mulia yang pantas kita teteskan darah untuknya? Kawan, ini saatnya kita ikut berkontribusi mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan akibat sistem kapitalis-sekuler menuju sistem kehidupan Islam sebagai konsekuensi dari Aqidah yang telah kita yakini yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin)

Wallahu’alam bisshawab.


Nia Kurniati Fi '10

0 comments: